Akuyaku Reijo Ni Koi Wo Shite Chapter 2 Bahasa Indonesia

Bab 2: Pada Akhirnya, Apa sih aku!?


Aku mengikuti pelayan di koridor.

Saat kami berjalan keliling, aku menjadi semakin terkejut karena memahami luasanya bangunan ini. 

Lorong yang terus melebar seakan tidak ada habisnya, dan di dinding pintu yang berjajar sampai tidak terhitung jumlahnya.

Berada di salah satu hotel besar ini mungkin memberi perasaan yang sama, tapi karena aku belum pernah mengunjungi salah satu dari mereka, itu hanya tebakan kasar.

Melewati koridor itu, banyak orang yang berjalan.

Ada wanita yang mengenakan pakaian pelayan yang sama dengan yang dipakai oleh wanita bernama Lisa. Para prianya, di sisi lain, mengenakan setelan, atau lebih tepatnya mungkin itu lebih dekat dengan tuksedo. Aku juga melihat orang-orang berhelm yang jarang lewat, aku bertanya-tanya apakah mereka sesuatu seperti escort atau ksatria.

Itu sangat mirip dengan Eropa abad pertengahan yang ku tonton di bioskop.

Meskipun aku melirik pada mereka yang kami lewati melalui celah di poni ku dengan cukup cepat sehingga mereka tidak menyadari bahwa aku melihatnya, orang-orang lain menatap ku tanpa menahan diri.

Apa yang dilakukan bocah dekil itu di sini? Bahkan meskipun aku tidak mendengat itu, aku mengerti apa yang sedang terjadi di kepala mereka.

Berapa lama lagi kita harus berjalan? Turun satu lantai lalu keluar dari gedung, apa yang kami datangi itu sebuah halaman dengan air mancur yang ada di depan.

Basuh tubuhmu di sini.(nyesek gue pas baca ini)

Ya?

Aku akan meninggalkan handuk di sini. Kau bisa memanggil ku saat kau selesai lalu sampai saat itu aku akan menunggu.

... Baik.

Pertanyaanku diabaikan.

Seolah dia sudah mengatakan apa yang harus dilakukannya, pelayan wanita itu pergi.

Apakah mandi untuk seorang anak yatim piatu dari daerah kumuh seperti pemborosan atau semacamnya? Atau apakah mandi itu adalah sebuah kemewahan bagi orang lain?

Setelah bertanya dalam pikiranku pada aku yang lain, satu-satunya hal yang aku pahami itu, bahwa aku tidak pernah mandi.

Di sana ada pipa bulat yang diproyeksikan keluar dari air mancur dan dari sana, air terus mengalir. Ada banyak ember di sekitar tempat air dituangkan. Paling tidak, fungsinya tidak hanya sebagai air mancur tapi juga tempat mandi.

Memegang ember itu di tanganku, aku membiarkan air ysng mengalir mengisinya.

Syukurlah, musim ini bukan musim dingin. Pertama, aku bahkan tidak tahu jika dunia ini memiliki musim –– tidak, sepertinya memang begitu.

Apakah aku akan baik-baik saja dengan perbedaan cuaca ini?

Aku mulai melepaskan pakaian yang seperti jubah yang ku kenakan. Tidak ada apa-apa di bawah mereka, aku telanjang bulat. Meskipun memalukan, saat itu aku hanya anak kecil dan dengan meyakinkan diriku dengan itu, aku berhasil menanggung rasa malu itu.

Aku menyiramkan air mulai dari kepalaku. Melihat itu saat mengalir di atas kulitku sampai ke jari-jari kakiku, suasana hariku mulai memburuk. Dari mulai dituangkan, airnya menjadi keruh. Berapa banyak kotoran yang ada di tubuhku sih?

Menuangkan air lagi, kali ini, aku menuangkan air ke arahku sambil menggaruk kepalaku. Aku mengabaikan fakta bahwa airnya menjadi semakin kotor dan mulai terasa enak.

Sambil menggaruk kepalaku, aku menuangkan air di atas diriku lagi dan lagi.

Mampu menggunakan air bersih seperti ini, sepertinya ini pertama kalinya bagi aku yang lain. Aku mulai merasakan kebahagiaan mengisi hatiku.

Saat jumlah kotoran yang mengalir di air telah menurun, aku menuangkannya sambil menggaruk kulit kepalaku. Tapi melakukannya secara manual nampaknya akan terasa sakit, jadi aku berlulut di bawah pipa yang membentang dari air mancur dan memegang kepalaku di bawah aku mulai membasuhnya.

Karena tubuhku seperti anak kecil, mudah untuk melakukannya.

Meskipun pada awalnya aku tidak terlalu suka mandi, mandi seperti ini sama sekali tidak akan menyusahkan, karena aku merasa kecanduan dengan perasaan bagus ini.

Dengan situasi ini, meski menginginkannya tidak ada gunanya, aku mulai menginginkan sabun. Apa ada sabun? Meski mereka mungkin memilikinya, aku tebak harganya sangat mahal.

Orang sepertiku, yang dulu hidup di dunia dengan sumber daya melimpah di masa lalu, harus menghadapi banyak kesulitan dengan hidup di dunia ini. Saat pikiran itu memasuki ku, aku langsung menepisnya dari pikiranku.

Memikirkan itu, hanya pikiran negatif yang muncul di kepalaku.

Saat itu, aku hanya ingin terus menikmati mandi ini.

Karena aku sudah selesai dengan rambutku, aku beralih ke tubuhku. Hanya membasuh dengan air dan menggosoknya, menyebabkan potongan-potongan kotoran hancur lepas. Tiba-tiba merasakan sesuatu, aku mulai mencari barang yang lepas dariku di air mancur.

Pandanganku tak terduga menemukannya segera

Itu adalah sebuah batu dengan permukaan yang kasar. Aku mengambilnya dan mulai menggunakannya untuk menggosok tubuhku sehingga kotoran lepas dengan sedikit rasa sakit.

Karena aku tidak bisa mencapai punggungku, aku berbaring dan menggaruk kotoran menggunakan permukaan air mancur.

Sebenarnya, aku ingin membasuh tubuhku segera setelah memasuki air mancur, tapi memikirkan aku mungkin akan diomeli, aku menggentikan diriku.

Tak peduli bahwa tubuhku merasa dingin, aku bermaksud melanjutkan mandi.

Setelah beberapa lama, pelayan wanita muncul di pandanganku, tapi aku masih telanjang bulat.

Meskipun penampilanku seperti anak kecil, orang yang ada di dalamnya adalah seorang pemuda yang baik. Dilihat telanjang akan sangat memalukakan, jadi dengan cepat aku mengusap tubuhku dengan handuk dan segera mengenakan beberapa pakaian.

Rambutku masih basah kuyup. Ditutup dengan handuk, aku segera menyekanya hingga kering. Karena rambutku seperti sepanjang rambut seorang gadis, itu menjengkelkan.

Apakah kau telah selesai?

Ya. Aku hanya akan mengeringkan rambutku.

Jika kau ingin menyekanya, gunakan ini.

Mengatakan itu, dia menyerahkanku sebuah handuk baru. Menerimanya, aku menyeka rambutku. Meskipun jelas lebih mudah menyekanya dengan handuk baru, akan lebih baik jika dia menyerahkan keduanya dari awal. Meski pikiran-pikiran itu memasuki pikiranku, aku tidak mengatakkannya.

Dengan kelembaban yang dihilangkan sampai batas tertentu, aku mengumpulkan rambut menjengkelkanku bersama dan mengikatnya denga handuk.

Tubuhku segar kembali. Garis pengelihatanku juga bagus. Bagaimanapun, rasanya enak.

Terima kasih sudah menunggu.


Meski aku memanggil pelayang wanita itu, tidak ada jawaban. Memikirkan kira-kira apa yang salah, aku mengalihkan pandanganku padanya, dia berdiri kaku di sana dengan matanya terbuka lebar.

Erm..

...Oh, kau sudah selesai... Mari kembali ke ruanganmu.

Meskipun pelayan wanita itu memiliki ekspresi wajah yang cukup rumit, dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan menuju ke gedung.

Aku yang bingung hanya bisa mengikutinya.

Selama waktu kembali ke ruangan, tatapan sekeliling berbalik padaku tanpa menahan diri. Jika aku yang berbicara, aku akan mengatakan aku merasa mereka semakin memburuk.

Ada banyak orang yang tercangang, ada juga yang terus terang mengerutkan dahi, atau menunjukkan perasaan tidak senang.

Berpikir bahwa ada sesuatu yang berubah aneh setelah membasuh tubuhku, aku mulai memeriksa tubuhku dan menggosok wajahku untuk memeriksanya, tapi bahkan selesai melakukannya, aku tidak mengerti apa-apa. Karena itu tidak membantu, aku mulai berjalan dengan wajah lurus ke depan, seakan tidak memperhatikan tatapan di sekitarku,

Mendaki ke lantai tiga, aku melewati pintu tak terhingga dalam perjalanan. Setelah kembali ke ruangan ku yang tadi, pelayan wanita itu berhenti.

Kami telah menyiapkan makanan di dalam ruangan.

Te-Terima kasih banyak.

...Tolong tetap di dalam dan berperilaku baik.

Baik..

Seperti biasa, tatapannya tetap dingin.

Diskriminasi status sosial di dunia ini mungkin lebih buruk dari yang kukira.

Jika itu masalahnya, diizinkan masuk ke dalam rumah dan punya makanan dan ruangan yang dipersiapkan sebelumnya pastilah menjadikan pertunjukkan keramahan yang bagus.

Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, aku tidak akan pernah mengerti.

Saat aku memasuki ruangannya, seperti yang dibilang pelayang wanita itu, ada makanan di atas meja.

Itu adalah potongan roti bundar, salat, telur orak-arik dan jus jeruk.

Saat melihatnya, rasa lapar yang mendalam mulai menyerangku. Berpikir tentang hal itu, sejak aku sadar kembali di dunia ini, aku belum makan sekalipun. Sedangkan bagi aku yang lain, itu bahkan lebih buruk dari itu, nampaknya dia biasanya memiliki perut kosong sepanjang hari. Meski sudah terbiasa.

Aku duduk di kursi dan mulai mencoba jus jeruknya.

…Enak.

Rasa yang kuat itu enak, sampai-sampai membuat seseorang meragukan jus jeruk dari dunia sebelumnya.

Dengan ekspektasiku yang naik, aku mulai memasukkan roti ke mulutku. Rasanya keras dan sepertinya kering, di dunia sebelumnya bahkan lebih baik.

Setelah itu saatnya telur orak-arik. Itu benar-benar hebat dan juga memiliki rasa yang kuat.

Saladnya juga sama. Setiap rasa sayurannya sangat kuat, meski tanpa saus ternyata sangat lezat.

Aku yang lain juga senang. Sepertinya aku tidak pernah merasakan makanan segar semacam ini sepanjang hidupku...Segar?

Informasi tiba-tiba membanjiri pikiranku tapi wajahku langsung memerah. Itu mungkin karena aku telah diingatkan akan hal-hal yang lebih baik tidak diingat saat makan.

Makanan di depanku menghilang hanya dalam sekejap mata. Meskipun aku sudah tidak kenyang, aku merasa kenyang. Sepertinya aku yang lain adalah pemakan yang sangat sedikit.

Tubuhku terasa lega, bahkan perutku pun sangat kenyang. Karena itu, aku memutuskan untuk benar-benar memikirkan situasiku saat ini.

Tak peduli bagaimana kau melihat tempat ini jelas berbeda dengan duniaku sebelumnya.

Meski itu bisa jadi hanya mimpi, mencoba berpegang pada kemungkinan itu tidak akan ada gunanya.

Sejak saat itu, aku harus memikirkan bagaimana seharusnya aku hidup di dunia ini.

Meski memiliki suasana yang mirip dengan Eropa abad pertengahan, atau lebih tepatnya karena seperti Eropa abad pertengahan, aku tidak tahu bagaimana masyarakatnya bekerja.

Meski aku bisa entah bagaimana mengandalkan pada diriku yang lain, aku benar-benar tidak bisa berharap banyak. Tidak hanya dia hanya anak kecil, satu-satunya hal yang dia ketahui adalah lingkungan khusus daerah kumuh, dengan sedikit yang diketahui tentang hal lain.

Dan seperti yang telah aku ketahui dari kenangan yang datang ke pikiranku, dia menderit cukup banyak kesulitan

Sepertinya saat seseorang dapat memahami lingkungannya saat mencapai usia dewasa.

Aku punya kenangan hidup di bawah satu atap dengan orang dewasa. Karena di pemukiman kumuh tidak dilibatkan dalam pekerjaan jujur, tapi tidak ada alasan untuk repot tentang makanan. Bahkan jika itu relatif untuk diriku yang lain.

Ketika orang-orang dewasa itu menghilang, situasinya memburuk.

Ada batasan bagaimana seseorang bisa mendapatkan makanan saat masih sangat kecil, dia tidak punya pilihan selain mengais-ngais di tempat pembuangan sampah. Mencari sisa makanan yang bisa dimakan di tumpukan sampah juga tidak mudah, karena, dia bukan satu-satunya orang yang mencari makanan.

Ada perebutan yang gila terhadap sampah berkulaitas baik, dan dia, yang tidak punya kekuataan untuk menang, harus berbalik ke arah sampah yang diabaikan oleh yang lain. Masalah pencernaan sampai-sampai terasa seperti penderitaan yang terjadi berkali-kali.

Kesulitannya tidak terbatas hanya pada hal itu.

Meski dia sendiri tidak tahu kenapa dia sepertinya dibenci oleh lingkungannya.

Mereka yang tidak mengizinkannya mendekat tidak hanya beberapa, selain itu, tak peduli apa yang dia lakukan, dia tidak akan dimaafkan.

Itulah suasana di sekitarnya.

Dia tidak kuat, juga tidak punya orang yang bisa diandalkan, namun dia mengaturnya untuk hidup di zona tanpa hukum yaitu daerah kumuh. Pastinya bagus kalau dia tidak mati.

Aku juga menyadari alasan mengapa aku terbaring memar di tempat itu sebelumnya.

Aku yang lain mencoba membunuh orang yang dipanggil “Dan” dan rekan-rekannya saat itu. Dia telah mengumpulkan banyak senjata dan telah menunggu kesempatan yang tepat untuk sementara waktu, dan saat kesempatan yang tepat tiba, dia gagal, karena meja-meja itu melayang padanya. Dia dipukuli sampai hampir mati dan dibiarkan babak belur di tempat.

Sepertinya dia anak yang sangat bangga.

Bahkan dihadapkan pada awal kehidupan yang mengerikan, dia tidak menyerah dan memiliki hati yang cukup kuat untuk mengambil tindakan dan mencoba untuk mengubah situasinya.

Dia sangat berbeda dari anak yatim piatu lainnya, setelah menyadari bahwa semua hal yang tidak dapat dia capai atau raih, menyerah pada mimpi-mimpi konyol dan berfokus pada kelangsungan hidup sederhana yang berdarah.

Apakah aku akan melakukan hal yang sama bila berada di tempatnya? Bisakah aku meninggalkan harapanku dengan kejam jika situasinya dibutuhkan? Naik turunnya keraguan dan pertanyaan membengkak dalam pikiranku.

Tubuh ini milik aku yang lain dan dia menyerah pada masa depannya untuk terus hidup. Bukankah aku menutup pintu saat menunggu kehidupan itu?

Itu takkan terjadi. Aku tidak akan membiarkan hal semacam itu.

Aku harus meyembuhkan  hasrat dari tubuh ini, aku harus bisa melakukannya. Makhluk yang membunuh orang itu sebelumnya, faktanya, bukan diriku. Tindakan saat itu bukan aku, tapi aku yang lain.

Aku akan menyerahkannya, tubuh ini.

Awalnya, tubuh ini miliknya, untuk memulai segalanya.

Aku memintanya untuk bangkit, bangun. Kehidupan sejak hari itu dan seterusnya menjadi miliknya, sejak saat itu, aku akan membiarkan dia menjalani kehiduoannya seseuai keinginannya.

Bahkan hanya sedikit, itu membantu... Dia dapat...

◇◇

Perasaan yang aneh. Ini adalah kedua kalinya. Aku merasakan sensasi saat bangun, tapi aku tidak bisa mengingatnya lagi.

Di depanku ada mangkuk kosong.

Ini pertama kalinya aku memiliki makanan semacam itu. Mengesampingkan rasanya, tapi berapa tahun yang telah berlalu sejak aku makan makanan yang baunya enak? Paling tidak, tidak sejak pria itu mati.

Aku... Ada diri lain yang tinggal di dalam tubuhku.

Tidak, itu salah. Bukan diriku sendiri. Ada seorang pria di dalam kepalaku yang tau banyak hal yang tidak kuketahui. Siapa dia?

Aku punya banyak kenangan yang sama sekali tidak bisa kupahami.

Banyak menara besar, cukup tinggi untuk membuatmu mengulurkan leher, berdiri tegak.

Apa itu?

Aku tau, yang itu disebut “gedung pencakar langit”, namun, ini pertama kalinya aku mendengarnya dan tetap, entah mengapa, aku mengerti maksudnya.

Ada sebuah kotak yang bergerak seolah-olah ditarik oleh kuda.

Apa itu?

Itu kendaraan, sebuah mobil.

Meski aku tidak tau itu semuanya, entah mengapa aku tau itu disebut begitu.

Bahkan meski langit malam dibentangkan di atas kepala, lingkungannya terang. Banyak warna berkeliau di sekitar. Apa ini sihir yang terkenal? Bukan, jawab seseorang di dalam diriku.

Meski aku penasaran dengan hal-hal itu, aku menyingkirkannya.

Apa semua itu?

Dunia yang berbeda. Orang lain di dalam diriku nampaknya lahir di dunia yang berbeda.

Meski aku berusaha mempercayainya, aku tau itu tidak ada keraguan.

Aku tidak tau apa-apa lagi.

Pertama, kupikir aku seharusnya mati.

Dan sudah sangat menyiksaku. Daerah kumuh bukanlah tempat naif di mana orang akan membiarkan calon pembunuh hidup, tapi aku masih hidup dan aku membunuh bajingan itu.

Itu menakutkan.

Setelah membunuh orang yang paling kubenci, daripada merasa senang aku diliputi rasa takut. Karena tidak sanggup berhenti gemetar dan tidak bisa bergerak, aku kehilangan kesadaran.

Tempat ini di mana anak nakal bangsawan itu tinggal.

Perlakuan yang kuterima sampai sekarang tidaklah buruk. Namun, pihak lain adalah para bangsawan. Mereka tidak merasa berterima kasih pada seseorang sepertiku, itu bisa dilihat dari tatapan pelayan wanita itu.

Tatapan itu mirip para bajingan itu di daerah kumuh, jijik, dicampur dengan sesuatu yang lain, sebuah tatapan di mana orang hanya bisa merasakan perasaan tidak senang. Meski pria di dalam diriku tidak tau, aku sudah mengalaminya berkali-kali.

Seperti yang kupikir, akan lebih baik untuk meninggalkan ketamakanku.

Setelah keluar dari mansion ini, bagaimana seharusnya aku hidup sesudahnya?

Pria lain itu tau banyak hal yang tidak kuketahui.

Itu seharusnya terbukti bisa berguna.

Tiba-tiba, aku mendengar suara di lorong lagi.

Tampaknya anak nakal bangsawan itu akan muncul lagi.

Saat pintu terbuka, gadis kecil itu masuk seperti yang kuduga. Meski dia menggembungkan dadanya dengan bangga, karena tubuhnya kecil sekali aku rasa itu menggelikan.

Nampaknya kamu telah ber–

Setelah mendekatiku, dia menegang seolah terkejut.

Itu sedikit berbeda dengan orang-orang di lorong.

...Cantik.

Hah?

Perkataan yang tak terduga dari yang digumamkan anak nakal itu membuatku terkejut.

Hei, mata itu. Kenapa warnanya berbeda?

...Warna?

Aku tak tau apa yang dibicarakan gadis ini. Berkata warna mataku berbeda, bukankah normal bagi orang lain untuk memiliki warna mata yang berbeda?

Apakah kau pernah mencoba melihat ke cermin?

...Tidak.

Tidak mungkin orang-orang di daerah kumuh akan memiliki barang yang mahal. Putri aristokrat bahkan tidak tau itu?

Kalau begitu, lihatlah.

Gadis itu mangembil cermin kecil dari sakunya dan mengarahkannya ke wajahku.

Mengambil cermin itu tidak akan ada bergunanya. Wajahku sudah tercermin di permukaan, tapi karena cermin itu terlalu kecil dan tidak menunjukkan semuanya, aku harus menggerakkan wajahku dari sisi ke sisi.

Warna mataku, memang berbeda.

Bukan warna mata gadis itu berbeda dari punyaku, tapi mataku berbeda warnanya satu sama lain.   Mata kanan biru, mata kiri merah, aku tidak pernah bertemu manusia semacam itu.

Aku akhirnya menyadari apa yang membedakanku dari orang lain.

Lihat, bukankah berbeda?

Gadis kecil itu berketa dengan senang yang mebuatku bingung.

Aku tidak tau apa yang lucu dengan hal itu.

Yeah…

Aku memutuskan untuk menjawabnya tidak jelas.

Meski matamu memang merah dan biru yang cantik, kamu juga punya wajah yang indah. Bahkan rambutmu yang panjang, sama seperti gadis entah begaimana.

Kata gadis itu sementara mendekatkan wajahnya dan menatap mataku. Apakah aku lagi dipuji atau sedang dihina? Aku tidak tau. Kupikir itu, setidaknya, aku harus mencukur rambutku.

Ariel-sama! Tolong jaga jarak anda!

Pelayan wanita itu menaikan suaranya yang munngkin berpikir kami terlalu dekat untuk lawan jenis, bahkan jika kami masih anak kecil.

Oh tolong diam saja, aku ingin melihat wajahnya dengan seksama.

Suara yang lebih keras dari pelayan wanita dinaikan. Itu tampaknya seperti gadis bangsawan egois ini tidak akan mendengarkan apa yang dia katakan. Tapi meski begitu, pelayan itu tidak diam begitu saja.

Terlalu dekat dengan mereka dengan orang-orang heterochromia akan membawa sial.

Heterochromia?

Sepertinya itu pertama kalinya dia mendengarnya. Aku, dilain pihak, telah mendengar itu beberapa kali, walau aku tidak tau apa artinya. Namun, dengan itu, aku belajar alasan mengapa aku dibenci.

Rupanya, manusia dengan kondisi yang sama sepertiku adalah eksistensi yang menakutkan.

Apa itu heterochromia?

Seperti anak ini, warna matanya berbeda.

Kenapa itu membawa kesialan?

Itu...

Jika tak ada alasan, maka tak perlu dipikirkan. Aku tidak perccaya dengan hal “kesialan”. Lagipula, wajanya cantik.

Namun...

Diam. Jika kamu berkata lagi, aku akan mengusirmu dari rumah ini.

...Ya, tuan putri.

Dengan pikiran yang hanya mengikuti keinginannya sendiri, gadis bangsawan ini terlalu memaksa.

Meski pelayan itu tidak mengatakan apa-apa lagi, seperti yang dikatakan, wajahnya jelas menunjukkan ketidaksenangan.

Itu terlihat seperti wanita kecil itu tidak terlalu disayangi, tapi orang lain sering berurusan dengan kepribadian semacam itu, itu sangat jelas.

Bahkan tanpa memberi pelayan itu sedikit perhatian, gadis itu menatap mataku dengan penuh perhatian.

Hei, apa kamu tau cara menggunakan sihir?

Haa?

Itu sihir kamu tau? Sihir.

Tidak mungkin aku bisa.

Begitukah? Meskipun kamu memiliki wajah yang cantik.

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan. Tidak mungkin orang biasa sepertiku bisa menggunakan sihir. Itu hanya bisa digunakan oleh keturunan bangsawan kelas atas.

...Tapi jika seseorang mengajarimu, mungkin kamu akan bisa juga?

Seperti yang kukatakan padanya, tidak mungkin aku bisa.

Yah, tinggalkan itu sekarang. Kamu akan tinggal di sini mulai sekarang, aku akan melihatnya sedikit demi sedikit.

Hah?!

Apa yang kamu kejutkan?

Tinggal di sini...?

Apa itu tidak wajar? Kamu adalah piaraan onii-sama, kau tau? Oleh karena itu, kamu juga hewan piaraan ku.

...Hewan piaraan.

Kamu, siapa namamu?

Sementara aku bingung dipanggil hewan piaraan, namaku ditanya. Sepertinya dia tidak peduli dangan reaksi orang lain.

Nama... Aku tidak bisa mengingat namaku. Hal yang terlintas di pikiranku bukanlah namaku.

Jadi siapa diriku?

Jadi kamu bahkan tidak punya nama? Maka aku akan memberimu nama.

Ah, tidak.

Aku sama sekali tidak menginginkannya. Itulah apa yang kupikirkan.

Maka jika kamu punya, katakan.

...Ryou Moriya.

Karena aku tidak punya pilihan, aku mengatakan padanya nama pria itu. Aku langsung menyesalinya sedikit.

Entah bagaimana, itu adalah nama yang aneh.

…Riyo, Rio.

Sepertinya gadis kecil itu berpikiran sama. Itu sulit untuk diucapkan.

...Rion. Oh, namamu menjadi Rion, oke?

Tidak, itu...

Rion. Aku telah memutuskannya. Apa kau punya keluhan?

...tidak ada.

Dengan dipaksa oleh gadis kecil itu, aku menerimanya. Aku juga bisa merasakan pria itu mengeluarkan keluhan.

Aku bilang padanya untuk menahannya. Aku juga mencoba hal yang sama.

Jika aku menolaknya, gadis ini akan, tanpa ragu, memikirkan nama yang lebih aneh.

Mengertahui Rion bukanlah nama yang buruk di luar sana, sepertinya dia yakin.

Lalu, Rion. Setelah merapikan rambutmu, mari berpakaian sesudahnya?

Rambut? Merapikan?

Kau harus cantik untuk menjadi hewan piaraan yang layak.


Pada akhirnya, aku akhirnya menyadari makna dari kata “Hewan Piaraan”. Hewan piaraan, binatang, makhluk yang dibesarkan oleh manusia untuk dicintai. Dalam hal itu, cocok, karena manusia juga termasuk dalam kategori binatang.

Mengetahui dia takkan mengatakan apapun, aku secara refleks melirik ke arah pelayan wanita untuk meminta bantuan. Dia tidak mengatakan apapun sambil menggelengkan kepalanya sedikit. Sepertinya dia juga memiliki kebaikan dalam dirinya, tapi karena dia tidak bisa mengajukan apapun, dia pikir itu tidak masalah.

Pada akhirnya, sementara menjadi seperti ini dan sepanjang hari, aku sedangn dipermainkan oleh gadis kecil itu.

Dengan merapikan rambutku dia hanya bermaksud mengumpulkan unjungnya, jadi panjangnya tidak terlalu berbubah.

Rambutku diolesi dengan minyak secukupnya, tapi ada juga yang sampai ke wajahku.

Pakaian yang disiapkan untuk diganti dilakukan oleh gadis kecil itu.

Meskipun aku seorang pria.

Ingatan lain ditambahkan ke daftar hal-hal yang tidak ingin kuingat.

Transgender, seseorang yang melebihi batas gender, homoseksual, biseksual... Sementara aku memang telah diperkosa oleh pria sebelumnya, aku sama sekali tidak seperti itu!

(Di sini MC didandani pakaian cewek atau crossdressing)



Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar