Bab 1: Tiba-Tiba Melakukan Pembunuhan itu Terlalu Berat
Saat aku terbangun, ada banyak bintang kelap-kelip pada langit malam di depan mataku.
Itu pertama
kalinya aku melihat langit malam yang indah ini sejak aku lahir – kesan itu menghilang
dalam sesaat.
Meski aku
dapat pindah menjauh dengan menanggungnya, yang mengejutkanku adalah rasa
sakit, yang mengalir di seluruh tubuhku. Aku mengerang sambil berguling di
lantai tapi dengan melakukan itu, situasinya bertambah buruk.
Menggertakan
gigiku, aku pasrah menerima rasa sakit itu.
Meski itu
tidak sepenuhnya berkurang, rasa sakitnya mereda sedikit. Setelah mendapatkan
kembali ketenanganku dan memeriksa keadaan tubuhku, nampaknya rasa sakit itu
bukan berasal dari luka tetapi lebih dari sesuatu seperti memar.
Bagaimana
hal ini bisa berakhir seperti ini-?
Meski sedang
mabuk dan menghadapi perkelahian, aku tidak ingat sama sekali minum sake. Hal
yang kuingat jelas aku berjalan pulang dan mengendarai bis dari stasiun
terdekat. Dan-
「Oy. Sampai kapan kau berencana mengabaikanku?」
Tiba-tiba
mendengar suara itu, garis pikiranku buyar.
Memikirkan
itu aku condongkan kepalaku ke arah suara itu datang. Pada saat itu aku lupa
tentang rasa sakitnya.
Suara itu
datang dari bocah kulit putih dengan wajah sedikit memerah, berambut pirang dan
mata hijau. Meski suara itu lebih ke seorang bishounen, bocah itu gemuk atau
lebih cukup gemuk untuk menjadi gemuk. Ketika dia menatapku dengan ekspresi
wajah nakal, kata”manis” tidak pernah terpikirkan olehku. [Bishounen: cowo cantik]
Tidak hanya
itu, pakaiannya adalah kemeja dengan banyak jumbai dan dasi merah. Di atas
celana ketat putihnya, dia mengenakan calana biru laut, berpakaian seperti
seorang bengsawan idiot yang datang langsung dari komik.
「Kau siapa?」
「Kau? Ada apa dengan “Kau”? Kurang
ajar!」[Omae, perkataan
kasar untuk ‘kau’ dalam bahasa Jepang]
Bahkan
bantahannya seperti yang di duga. Pikiranku semakin dilemparkan pada kekacauan.
「Baiklah, aku akhirnya bertemu
seseorang untuk mendengarkan. Mari lupakan penghinaan itu.」
Bocah yang
aku biasanya tidak pernah mensosialiasi diri mengatakan sesuatu yang tidak
kumengerti, tapi seperti katanya, dia juga satu-satunya orang yang bisa ku ajak
bicara. Aku tidak mampu mengusirnya.
「Di mana tempat ini?」
Dengan
pertanyaan tersebut, pikiran “itu juga yang ingin ku tahu” muncul dalam pikiran
tapi-
「Daerah pinggiran kumuh.」
Apa yang
keluar dari mulutku benar-benar ungkapan yang berbeda.
「Daerah kumuh.. Tak bagus!」
Wajah bocah
itu dalam sekejap berubah pucat, terlihat meski sedikit redup. Tanggapan ini
seperti ketika seseorang hilang, namun, apa yang paling menghawatirkanku adalah
daerah kumuh ini.
Jawabannya
adalah --- pinggiran utara ibu kota Grand Flamm Kingdom.
Meskipun aku
tidak pernah mendengar negara semacam itu, entah mengapa namanya tiba-tiba
melayang dalam pikiranku.
Ada yang
aneh. Wajahku yang kehabisan darah itu sama warnanya dengan bocah itu.
「Hei, kau. Aku ingin pergi ke jalan
utama. Bisakah kau memanduku?」
「Aku bisa, tapi.. aku tidak bisa」
Kali ini,
jawaban yang melayang dalam pikiranku adalah apa yang mulutku ucapkan.
Aku
mengetahui hal-hal yang sebenarnya aku tidak ketahui. Meskipun kata-kata ini
juga mengejutkan pikiranku, aku bahkan tidak tahu artinya.
「Apa maksudmu dengan bisa, tapi tidak
bisa!? Jika itu hadiah, aku bisa memberimu satu!」
Dengan itu,
bocah itu berbicara, seolah tergesa-gesa, jalan pikiranku dihentikkan. Sebagai
permulaan, aku harus mencari cara untuk mengatasi situasi ini.
「... Aku terluka jadi aku tidak bisa
bergerak.」
「Aku mengerti. Tunggu sebentar.」
Meski
kupikir dia akan meminta bantuan, dugaan itu runtuh saat bocah itu mulai pindah
dari posisinya. Dengan ekspresi yang serius, dia mulai merapalkan mantra.
「Aku akan memberikan sihir
penyembuhan padamu. 」
Itulah kata-kata
yang ku dengar saat mendengarkannya dengan seksama.
「Diberkatilah angin, datang dan
Sembuhkanlah!」
Sedikit setelah
kata-kata bocah itu, seluruh tubuhku tiba-tiba terbuai oleh angin.
Hanya angin
kecil saja. Meski hanya sedikit, itu memang angin. Memahami makna dibalik
tindakan bocah itu, aku tercengang.
「Bagaimana?」
Bocah itu
bertanya dengan semangat yang tinggi. Jika itu tentang apakah lukanya telah
sembuh, maka tidak ada kesalahan.
Aku mencoba
menggerakan tubuhku dengan hati-hati.
「Kuh..」
Tanpa
sengaja suaraku bocor keluar. Meski pikiranku menjadi tenang, lukanya tidak
menghilang.
「Aku masih anak kecil. Saat aku
dewasa aku akan dapat melakukan yang lebih baik.」
Dia pasti
sudah bisa memikirkan itu dari reaksiku. Meskipun bocah itu membuat alasan,
tidak ada salahnya, bocah yang mencoba menyembuhkan lukaku dengan sihir.
「Sakitnya telah berkurang. Jika hanya
berjalan, aku bisa melakukan itu.」
「A-apakah begitu? Lalu pandu aku 」
Alih-alih
demi bocah itu, aku juga ingin bergegas pergi dari tempat yang jelas berbahaya
ini, hingga akhirnya dapat menggerakkan tubuhku sekalipun masih penuh rasa
sakit, aku putuskan pergi dari sini.
Meski itu
sungguh menyakitkan, rasanya aku tidak dapat bergerak bersamanya.
Kurang
lebih, aku mengerti efek dari sihir yang digunakan bocah itu.
「..Lewat sini.」
Lagi,
pikiranku dipenuhi dengan informasi dari tempat ini sendiri, dan meski aku
tidak tahu kenapa, untuk sejenak aku berterimakasih untuk itu.
Asalkan
informasi itu memang benar, tetap aku tidak bisa tidak meragukannya.
Bagaimanapun,
setelah pergi ke tempat yang lebih aman aku harus memastikan keadaanku baik
dari bocah itu atau seseorang yang lebih tahu.
Itu benar.
Tempat itu berbahaya bagiku, dan bocah itu.
Rasa takut
dari dalam diriku secara spontan keluar, kecepatan berjalanku meningkat.
Namun,
langkah kaki itu harus dihentikkan untuk alasan tertentu.
「Kau? Jadi kau masih hidup?」
Kata pria
yang muncul di depanku.
Aku kenal
pria ini. Cederaku disebabkan oleh kekerasan pria ini dan tidak hanya itu, pria
ini telah melakukan hal yang lebih buruk sebelumnya padaku.
Dia juga
telah melakukan hal-hal yang biasanya tidak kau ceritakan pada orang lain.
Tidak peduli bagaimana aku membencinya, sebuah eksistensi yang hanya membenci
takkan cukup, itulah orang yang pernah kutemui.
「Nah, itu tidak penting. Untuk
sekarang, ini tentang anak yang di belakangmu.」
Benar saja,
rasa ingin tahunya menunjuk pada bocah di belakangku.
Seorang
bocah yang jelas berasal dari keluarga kaya yang menilai dari cara berpakaiannya. Bagi orang-orang
yang tinggal di tempat ini, seekor mangsa yang sungguh sempurna. Bahkan aku
sampai batas tertentu, setelah mengirimnya pergi, terpikir untuk membawa
barang-barangnya– Bukan, itu bukan aku, tapi itulah yang telah memenuhi
pikiranku.
「Kau harus menyerahkan anak itu.
Mangsa ini hanya akan disia-siakan olehmu.」
Jika itu
aku, aku hanya akan mengambil barangnya yang paling banyak. Namun, ketika
sampai pada pria ini, dia akan mengancam rumah bocah itu untuk mendapat uang
tebusan. “Memang, itu akan sia-sia bagiku.”– Mengapa pikiran seperti itu masuk
ke dalam kepalaku, aku tidak mengerti.
「Kurang ajar! Kau pikir siapa aku?」
「Peduli amat! Di tempat ini, selama
kau mempunyai banyak uang, itu tidak masalah siapa kau!」
「Aku Vincent Woodville! Aku bangsawan
dari keluarga Windhill!」
「Apa!?」
Selama orang
kaya, itu tidak masalah siapa dia. Meski pria itu berkata demikian, itu
seharusnya punya batas.
Keluarga
Windhill bagiku, atau tepatnya bagi seseorang di dalam diri ku, adalah keluarga
aristokrat terkenal yang semua orang tau. Salah satu dari tiga keluarga
aristokrat terkenal yang menyokong negeri ini, dan mereka yang berani marah
pada ketiga keluarga tersebut tidak memiliki tempat di negeri ini.
Mungkin
pemikiran semacam itu normal, pria itu berbeda. Dengan seringai lebar di
wajahnya, dia berjalan ke arah bocah itu. Meski aku sudah tau itu, pria itu
sangat bodoh– dengan pikiran ini di dalam diriku, aku sudah sepenuhnya setuju.
「Jika untuk anak raja, tidak masalah
apa tuntutannya, itu tidak akan menjadi masalah. Aku bisa bermain-main
sepanjang hidupku.」
「J-Jangan berpikir untuk melakukan
sesuatu yang bodoh!」
「Aku tidak bodoh!」
Tidak peduli
bagaimana kau memikirkannya, dia MEMANG bodoh, bukan? Kebodohan pria itu tidak
penting. Masalahnya adalah mengamankan keselamatanku. Bagaimana orang-orang di
sekitar melihat situasi ini?
Mereka
mungkin akan percaya, bahwa aku membodohi anak ini untuk mengantarkannya pada pria
itu.
Seandainya
itu yang terjadi, aku bisa melihat akhir hidupku. Meskipun itu sesuatu yang
terjadi, mati tanpa melakukan bahkan satu hal baik pun membuatku cemas– bukan
itu bukan itu. Aku tidak ingin mati begini.
Pemikiran
itu bergema di sekujur tubuhku. Sedangkan untuk siapa aku sebenarnya saat itu,
entah itu tidak penting lagi.
「Jika kau berkelakuan baik, kau
takkan mengalami rasa sakit. Selama mereka membayar harganya, kau dapat bertemu
kembali dengan keluarga dengan aman dan sehat.」
「Benarkah?」
Sepertinya
bocah itu juga idiot. Sekali kau melihat wajah penculik, tidak mungkin kau
kembali dalam keadaan hidup.
Juga, jika
bocah itu kembali pada keluarganya, keluarga aristokrat akan menggunakan
kekuatan penih untuk memberikan balasan. Tidak ada yang salah, jika kau
tertangkap, kau akan dibunuh. Aku tidak bisa berpikir untuk melarikan diri dan
bahkan jika aku entah bisa mengaturnya, aku tidak punya uang banyak untuk sepenuhnya
melarikan diri dari situasi itu.
Tidak ada
pilihan lain. Aku harus menyelesaikannya sendiri.
「Itu benar, jadi datanglah dengan
patuh.」
「... seperti yang kupikir, aku
menolak. Bawa aku ke rumahku segera, dan jika kau melakukannya, aku akan
memberikan hadiah yang cukup untukmu.」
「Ituah mengapa aku bilang selama aku
dapat uangnya, aku akan mengirimmu pulang, benar?」
「Se-setelah semua..」
Pria ini
pertama kalinya merencanakan untuk menyelesaikannya dengan wajah lembut,
sehingga kecemasan bocah itu akan ditenangkan. Sepertinya dia tidak sama sekali
menyadariku.
Haruskah aku
melakukannya? Tidak, aku harus melakukannya!
Ada orang
lain yang berada di dalam pikiranku, dan saat kesadarannya lengah, tubuhku
mulai bergerak karena itu.
Perlahan
tanpa sadar, aku menyelinap ke depan dan mendekati bagian belakang pria itu.
Aku mengeluarkan pisau yang kusembunyikan. Hanya ini senjata yang aku simpan
saat seperti itu.
Semua lainnya
telah diambil oleh pria itu beberapa jam yang lalu.
Kali ini,
aku pasti takkan gagal.
Pria itu
menangkap tangan bocah itu. Berkat dia berjongkok, bagian belakang kepalanya
sepenuhnya terlihat tepat di depan mataku. Aku mengangkat tanganku utnuk
menamcapkan pisauku pada tengkuk leher pria itu.
Tapi bocah
itu mengalihkan pandangannya ke arah ku benar-benar idiot
Karena
tatapannya, pria itu menoleh ke belakang dan memperhatikanku.
「Bajingan kau! Apa yang sedang coba
kau lakukan!?」
「uwaaa~!」
Sementara
aku berteriak karena ketakutan yang meledak di dalam diriku, tanganku berayun
ke bawah ke arah wajah pria itu.
「Gu..guah!」
Yang tersisa
di tanganku adalah sensasi tak menyenangkan, tapi aku tidak punya waktu unuk
merenungkan pemikiran semacam itu
Sambil
mengeluarkan pisau yang menimpa mulut pria itu, aku langsung mengayunkan ke
bawah lagi
Pisaunya
menusuk mata kanan pria itu.
Belum, aku
tau, karena pria itu masih menjerit.
「Matiiiiiiiiiiii!」
Aku
menyambar dengan pisau di wajahnya terus-menerus.
Tidak ada
kata-kata yang datang dari mulut pria itu lagi, dan dia perlahan jatuh ke
depan.
「Haa.. Haa.. Ha..」
Nafasku
terasa sakit, jantungku berdegup kencang, sehingga hampir menimbulkan rasa
sakit di dadaku.
「K-Kau..」
「…Larilah.」
「La-Lari katamu..」
「Ikuti aku, cepat dan melirakn diri!」
「B-baik!」
Dengan penuh
semangat aku berlari ke arah jalan kecil yang menuju jalan utama. Meski aku
ingin membuang pisau yang berlumuran darah itu di tanganku, karena tanganku
menegang, aku tidak bisa melepaskannya. Tidak peduli berapa banyak aku
menggoncangkan tanganku, aku tidak bisa melepaskan senjata ini.
「O-oy, tunggu! Lambatlah sedikit.」
Bocah itu
berteriak dari belakangku. Karena aku tidak bisa meninggalkannya sendirian, aku
memperlambat langkahku, seperti yang dia katakan.
Bagiku,
bocah itu adalah sumber uang yang penting. Menuntut hadiah akan membiarkanku
mendapatkan uang yang cukup.
Itu adalah
modal, yang harus kudapatkan, untuk menjauh dari ibu kota.
「Apa dia mati?」
「Aku tak tau.」
「Kau telah membunuh seseorang, huh?」
「Jika aku tidak melakukannya, aku
yang akan terbunuh」
「Begitukah.」
Jadi, bocah
itu sekali lagi diam. Meski aku tidak benar-benar ingin membunuh seseorang,
lebih baik melakukannya daripada dibunuh.
Aku
membbunuh seseorang. Karena kaa-kata bocah itu, pikiran itu akhirnya
membebaniku.
Tiba-tiba,
tanganku mulai bergetar. Pisau yang tidak bisa kulepaskan sebelumnya dengan
mudah terlepas dari tanganku. Goncangan telah menyebar ke seluruh tubuhku
sehingga kakiku berhenti.
「Oy! Apa masalahnya?」
Aku tidak
bisa membuat diriku menjawab pertanyaan bocah itu lagi.
「Hei? Kau tak apa? Kita harus
bergegas dan melarikan diri. 」
Aku tahu
itu. Aku membunuh pria itu, tapi dia punya rekan. Jika aku tidak pergi dari
daerah kumuh, lain kali aku akan menjadi orang yang terbunuh.
Namun, tidak
peduli apa, aku tidak bisa bergerak. Bukan seolah tubuhku tidak benar-benar
mampu bergerak. Itu karena kesadaranku mulai kabur, sampai-sampai aku tidak
bisa mendengar suara bocah itu lagi.
「….! Cep….! Di mana….!?」
Aku tidak
bisa memahaminya lagi dan juga tidak memiliki kekuatan untuk memikirkannya.
Jadi
kesadaranku perlahan ditelan kegelapan.
◇◇◇
Saat aku
terbangun, di hadapanku ada kayu, langit-langit kayu. Nampaknya untuk suatu
alasan, aku telah tertidur di tempat tidur.
Itu adalah
mimpi– itu yang kupikirkan tapi, aku perhatikat langit-lagit di depanku
bukanlah sesuatu yang familiar.
Aku bangkit dengan
panik dan melihat sekeliling, lingkungan tempat tidur memiliki rasa retro pada
mereka, dengan perabotan halus di tempat, sebuah ruangan bergaya barat.
Mencondongkan
kepalaku ke kanan, aku melihat orang lain.
Setelah
melihatnya, aku langsung mulai merasa sedih.
Orang itu
mendekat ke tempat tidur.
「Nampaknya anda telah bangun. Saya
akan melaporkannya, jadi saya akan meninggalkan anda sebentar. Tolong tunggu
saya di sini.」
Rambut
coklat dan mata biru. Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, dia bukan orang
Jepang. Selain itu, dia mengenakan seragam pelayan dan memiliki suara yang
teanang.
Dia
meninggalkan ruangan.
Ini seperti
aku masih di dalam mimpi. Jika aku telah bangun maka itu–
Menenangkan
diri, aku memutuskan memikirkan banyak hal.
Dunia apa
itu?– Aku tidak bisa meneumkan jawaban untuk pertanyaan itu.
Apa nama
negara ini? –– Kerajaan Gran Flamm adalah jawaban yang pasti yang melayang di
dalam pikiranku.
Lalu siapa
aku? Moriya Ryou adalah nama yang melayang di dalam pikiranku. Itu sudah jelas.
Namun, di
dalam diriku, ada orang lain. Tidak mungkin ada kesalahan tentang itu.
Apa yang harus
aku lakukan sekarang? Apa orang di dalam diriku tau?
Di mana aku
lahir? Jawabannya adalah Tokyo.
Itu tidak
berjalan baik sama sekali. Selama aku masih “diriku”, mungkinkah untuk meminta
jawaban? Aku yang lain, sebelum aku kehilangan kesadaran, apakah informasi yang
mengapung di dalam kepalaku itu datang darinya?
Memikirkannya,
apa yang ku renungkan itu spekulasi tidak berguna. Untuk saat ini, aku harus
melakukan semuanya sendiri.
Di mana
rumahku di kota– jawabannya, alamat yang berasal dari pikiranku. Ada
penanpungan jompo yang terbuat dari papan yang sepertinya berfungsi sebagai
kamar tidurku. Berbagai hal berserakan di sekitar lantai.
Caraku
bertanya dengan diriku yang lain ternyata berhasil.
Aku mencoba
bertanya tentang orang tuaku, untuk berbicara, di dunia ini*. Seperti yang
kupikir, tidak ada satupun. Jika kau juga menanyakan yang lain padaku,
jawabannya tetap akan sama. Aku tidak memiliki orang tua.
[*I tried asking
about my parents, so to speak, in this world.
Nggak tau mau nerjemahin apa.]
Siapa pria
yang telah ku bunuh? Nama Dan muncul di dalam pikiranku. Itu adalah pria yang
ku kenal dengan namanya. Juga, Dan itu adalah seseorang yang aku sangat aku
benci. Pria itu tidak ku kenal, tapi dibenci oleh diriku yang lain.
Kenapa
begitu? Bertanya pada kepalaku, aku segera menyesali keputusan itu. Begitu
banyak kenangan mulai membanjiri masuk. Dia melemparkan bahasa kasar padaku
yang itu adalah norma, menerima kekerasan juha sering terjadi. Tidak hanya itu.
Pria yang dipanggil Dan, dia juga pernah melakukan penyerangan seksual
sebelumnya. Aku, juga laki.laki.
Saat itu,
saat perasaan penghinaan muncul di pikiranku, aku mulai membangun kebencian
padanya.
Itu benar.
Itu aku, diriku.
Sekitar saat
ini, aku mulai menyadari, bahwa tubuhku juga kecil. Meski dengan rambut panjang
yang membentang, warnanya sama dengan yang kugunakan juga, kulit tubuhku terasa
pucat.
Kemungkinan,
bahwa alih-alih aku berubah menjadi anak kecil, aku telah mencuri tubuhku yang
lain. Apakah itu kepemilikan atau reinkarnasi, aku tidak tahu, tapi untuk saat
ini, memang begitulah adanya.
Aku berada di dunia yang berbeda
dari yang diriku yang lama. Bagiku yang berada di dunia lain, dia kemungkinan
besar sudah mati.
Aku mencoba menarik kenangan
sebelumnya saat aku naik bus. Apa yang ku ingat hanya naik bus dari stasiun,
memasuki jalan lingkar dan bagian dalam bus yang berubah dengan anehnya.
Bukanlah terang yang akan kau alami saat bereinkarnasi. Aku bisa dengan jelas
menyadari, bahwa cahaya aneh itu, yang membuat terang bagian dalam bus, berasal
dari sumber lain .
Saat mencoba mengingat apa yang
terjadi selanjutnya, aku tidak dapat mengingat apapun.
Mencoba untuk memahaminya dari sana,
mungkin aku langsung meninggal karena kecelakaan tabrakan. Seharusnya aku tidak
duduk di kursi itu. Karena aku masih muda, seharusnya aku terus berdiri dan
mungkin dengan melakukan hal itu, aku tidak akan meninggal .
Berpikir
hal-hal semacam itu, untuk sekarang, hanya akan diperdebatkan.
Untuk saat
ini, aku akan berpikir tentang hal-hal yang harus aku fokuskan pada pikiranku.
Aku yang
lain mengusulkan, bahwa aku harus meninggalkan ibu kota dengan segera. Itu
karena takut pembalasan dendam dari rekan-rekan Dan.
Dengan itu,
aku sepakat sepenuhnya. Bahkan aku tidak ingin mati sama sekali.
Namun
masalahnya, aku yang sekarang adalah anak yatim dan tidak ada yang bisa
diandalkan. Aku hanya bisa terus hidup dengan memakan sisa makanan di daerah
kumuh. Agar bisa melarikan diri, aku butuh uang dan kemampuan lain.
Bukan itu,
ada sesuatu yang harus ku pikirkan sebelumnya.
Di mana
tempat ini?
Apa aku
telah lolos?
Mungkinkah,
aku telah tertangkap oleh orang yang seharusnya tidak pernah menangkapku?
Aku segera
turun dari tempat tidur dan melirik ke arah jendela. Aku bisa melihat langit
biru menyebar di luar jendela. Di bawahku adalah taman yang indah dan aku
berada di lantai tiga. Tidak mungkin bisa melarikan diri dari jendela.
Bergerak ke
arah pintu, sebuah suara darang dari sisi lain masuk ke telingaku. Seperti di
waktu yang tepat, aku tiba-tiba mendengar suara wanita.
「Ariel-sama! Anda seharusnnya tidak
pergi! Anda seharusnya tidak mendekati ruangan itu!」
Aku tiidak
perlu mendengarnya dengan seksama karena itu dengan jelas masuk ke telingaku. Mengetahui arti di balik kata-kata itu, aku segera kembali ke tempat tidur.
Begitu aku
melakukannya, pintunya terbuka dengan kasar. Perlahan menoleh ke arah pintu,
apa yang kulihat di sana, adalah bocah pirang dan mata hijau yang sama di
daerah kumuh, kecuali kali ini adalah seorang gadis.
Gadis itu
tidak gendut sama sekali, dia juga memiliki mata yang sangat menarik, mata
berbentuk almond. Secara keseluruhan, dia mempunyai wajah yang cantik.
Gadis itu
yang mendekatiku dengan tatapan nakal mulai menatap padaku.
Kata-kata
itu, yang berasal dari gadis itu saat dia membuka matanya.
「Fuun~ Aku mengerti, jadi kau adalah
hewan piaran onii-sama ku yang dibawa bersamanya.」
Itu adalah
kata yang paling kasar.
Aku menarik
kembali semua kata-kataku. Dia tidak manis sama sekali, dia hanya gadis kurang
ajar. Itu, apa yang kupikir, tapi keingintahuanku menjadi menjengkelkan oleh
kata yang diucapkan gadis itu.
「Onii-sama telah membawanya?」
「Benar. Bocah dekil, yang onii-sama
ku itu telah dibawa bersamanya. 」
Meski dekil
agak berliebihan, aku tidak berada di posisi untuk mengeluh.
「Telah dibawa kau maksud?」
「Kau, yang jatuh pingsan di daerah
kumuh itu, telah di bawa onii-sama ku itu
dipunggungnya, dan disemalatkan olehnya.」
「Di... punggungnya.」
Meski aku
khawatir, kenapa tida menekankan kata “itu” setiap saat, faktanya bahwa bocah
itu membawaku ke sini sudah pasti.
「Itu benar.」
「Artinya, rumah ini?」
「Oh, tidakkah kau mendengarku? Tempat
ini adalah mansion Marquess Windhill.」
Entah
menagapa, sementara mengusap dadanya, gadis itu menyatakan itu. Berpikir itu
anehnya manis, aku tidak bisa menahan senyum.
Dibawa ke
rumah bocah itu, mungkin aku bisa beristirahat dengan tenang sekarang.
「Apa yang kau senyumkan?」
Gadis itu bertanya
padaku, yang punya senyuman di wajahnya.
「Aku berpikir bahwa aku diselamatkan.」
「…..」
Gadis yang
kujawab itu, mulai melihatku tak senang.
「Apakah ada yang salah?」
「Caramu berbicara. Betapa tidak
sopannya dari sesuatu seperti hewan peliharaan.」
「Mengatakan hewan piaraan..」
「Aku adalah seorang bangsawan kau
tau? Caramu bicara tidak sesuai dengan tempatmu!」
「Itu... Saya mohon maaf untuk
kesombongan saya, tuan putri.」
Ini adalah
kecerobohanku. Gadis ini adalah seorang bangsawan dan aku rakyat biasa. Kemungkinan
besar, bahwa aku termasuk kelas terbawah sebagai orang yang tinggal di daerah
kumuh itu.
Bagi dunia
ini, memiliki sistem kelas yang berbeda dari dunia ku sebelumnya, dunia ini
pastilah dunia yang kasar.
「Oh, sepertinya kau bisa berbicara
dengan benar.」
「Hanya sedikit, Nona.」
「Nah, selama kau disiplin dengan
benar di sekitar bagian-bagian itu, maka itu bagus.」
Disiplin
Bagi gadis
ini, sepertinya, aku hanya hewan piaraan selamanya.
「Tapi sebelumnya, pakaianmu. Rambutmu
tidak terawat, selain itu entah bagaimana... kau bau.」
「Apa aku berbau tidak enak, Nona?」
「Iya. Bau yang sangat tidak
menyenangkan.」
「Maafkan saya.」
Terus
terang, kata-kata itu menyakitkan perasaanku, tapi bagi gadis ini, sepertinya
dia tidak terlalu memikirkanny.
「Lisa」
「Ya!」
Saat gadis
itu dipanggil, sosok pelayan di belakangnya adalah seorang wanita. Mungkin dia
pelayan wanita. (Nggak, pelayan itu banci -_-)
「Buat ini bersih. Sikat tubuhnya,
rapikan rambutnya, beri dia penampilan yang sesuai menjadi hewan peliharaan
onii-sama ku, seorang anak sah dari keluarga Windhill.」
「Ya. Pasti.」
Apa
perawatan hewan peliharaan sudah diputuskan?
「Kalau begitu, saat kau sudah rapi,
aku akan menemuimu lagi.」
「…」
「Aku akan menemuimu lagi.」
「... Saya akan menunggu dengan senang
tuanku. 」
「Ya. Baiklah, permisi.」
Sepertinya
itu jawaban yang benar. Gadis dengan ekspresi acuh tak acuh meninggalkan
ruangan.
Apa yang
tersisa adalah aku dan pelayan wanita itu.
「Lewat sini.」
Dia tampak
meremehkan dan, saat mereda, aku disuruh mengikutinya.
Sepertinya
ak tidak disambut baik. Aku tidak terlalu keberatan. Bukannya aku akan lama
berada di sana.
Hanya
membiarkan bahaya yang menekan berlalu. Hambatan
selanjutnya adalah mendapatkan hadiah dan memperloeh uang yang cukup besar
untuk meninggalkan ibukota.
Aku
bertanya-tanya apa yang harus ku lakukan untuk mencapai tujuan itu. Terlalu banyak yang harus dipikirkan dan rasanya kepalaku
meledak.
Tapi meski begitu, aku harus
memikirkannya dengan benar. Aku sekarang tidak mampu apa-apa selain
memikirkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar