Bab 4: Hari Pertama Sebagai Pelayan
Pelayan penuh
(full-time) Vincent, putra tertua dari Keluarga Marquess Windhill.
Itu adalah pekerjaan
yang diberikan padaku.
Adapun alasan mengapa
berbagai hal berubah menjadi seperti ini, tidak peduli berapa banyak aku
memikirkannya aku tidak bisa mengerti dengan sebuah penjelasan.
Tidak dapat membantu,
aku harus bertanya pada orang yang aku benci untuk mendengarkannya.
「Erm…」
「Apa? Apa ada sesuatu yang tidak kau mengerti?」
Berbeda dengan
tempramennya beberapa waktu yang lalu, orang itu menatapku dengan lembut. Yang
berarti karena telah melepaskan tugasnya sebagai pelayan Vincent membuatnya
sangat senang.
「Bagaimana bisa keadaannya menjadi seperti ini?
Tujuan dari pembicaraan saat itu untuk mengusirku dari rumah ini, bukan?」
「Oh, itu? Fokus saja pada masalah pekerjaanmu!
Aku ingin menyelesaikannya lalu menyerahkannya padamu secepatnya.」
「Erm... Baiklah, aku hanya bertanya-tanya.」
「Kukira tidak ada pilihan lain. Pertama, memang
seperti itu. Tidak mungkin kami bisa mempercayai siapapun dari daerah kumuh.
Ketika seseorang berhutang budi pada orang-orang semacam itu, mereka menganggap
orang itu sebagai sumber pendapatan semata.」
「Yah, meskipun aku datang dari sana sendiri, aku
setuju tidak ada apa-apa di sana selain orang semacam itu yang tinggal di
pemukiman kumuh. 」
Meskipun orang ini
membicarakan itu dengan lancarnya, apa yang dia jelaskan adalah pembunuhan.
Aku berpikir untuk
bertanya apakah itu tidak akan menimbulkan masalah, tapi kukira itu bukanlah
sesuatu yang harus kutanyakan.
「Bagaimana perkembangannya di sana sehingga aku
menjadi Pelayan tuan muda?」
「Sebenarnya, membuangmu sudah tidak lagi menjadi
pilihan sejak kau melangkah ke kamar Ariel-sama. Tuan dan istrinya jauh lebih
lembut padanya dibandingkan dengan Vincent-sama. 」
Dengan kata lain, mereka
orang tua yang penyayang.
Aku tidak benar-benar
mencoba menertawakan mereka dengan berpikir begitu. Bagi seseorang sepertiku,
yang kehilangan orang tuanya, itu adalah sesuatu yang membuat iri.
「Jika memang begitu, kenapa dengan interogasi
tadi?」
「Aku menentangnya. Karena menjadi pelayan
Vincent-sama telah terbukti sulit, aku tidak berpikir aku bisa berurusan dengan
anak yatim piatu dari daerah kumuh di atas itu. 」
Betapa beraninya dia
berkata begitu saat bertatapan dengan orang yang dimaksud. Seperi yang kupikir,
ada sesuatu yang salah dengan pria ini sebagai manusia. Anggapanku pasti benar.
「Maafkan aku karena bersikap tidak sopan, tapi
apakah kau punya wewenang seperti itu dalam peranmu?」
「Seoarang pelayan penuh itu juga seorang kepala
pelayan dan bahkan bisa menjadi salah satu pembantu untuk kepala keluarga.
Seseorang yang memiliki banyak hubungan dengan Vincent-sama, hak mereka untuk
berbicara akan diakui.」
「Eh? Posisi semacam itu, bagiku...」
「Bukan kau. Selama akal sehat yang akan menentukan,
ini akan mustahil untuk seseorang dengan asal-usul yang meragukan untuk menjadi
pembantu dekat Marquess.」
Orang ini, ada batasan
untuk tidak peka.
Bagaimana dia berhasil
menjadi seorang pelayan waris Marquess?
「... Kalau dipikir-pikir, siapa namamu?」
「Will. Will Dirk.」
「Dirk-san…」
「”Dirk-san”? Panggil aku Will-san.」
Jadi memanggilnya dengan
nama yang diberikan adalah cara yang benar. Aku harus menyimpan hal-hal
sederhana seperti itu dalam pikiranku dengan hati-hati.
「Apa memanggilmu dengan “Will-san” benar-benar
tak apa? Kita akan menjadi rekan kerja di masa depan...」
「Itu..., Lupakan itu. Aku benci formalitas
seperti itu.」
「Begitukah?」
Dia jelas-jelas
berbohong, namun aku tidak benar-benar menekankan intinya.
Ada yang mencurigakan.
Orang ini sebaliknya
tidak akan pernah berada dalam suasana hati yang baik, tapi aku harus bisa
mencari tahu apa yang terjadi setelah bekerja di rumah ini untuk sementara
waktu.
「Mari kita lanjutkan. Pada tingkat ini, kita
tidak akan pernah melakukan proses serah terima.」
Untuk ringkasan
pekerjaannya, Pelayan adalah orang yang bertanggung jawab atas berbagai macam
urusan yang bertujuan memenuhi semua keinginan tuannya. Itu yang dikatakan
padaku tapi, ada sesuatu yang tidak beres.
Aku hanya tidak bisa
membayangkan Will bisa memenuhi semua keinginan anak laki-laki yang egois itu.
Meski dia menyebutnya
penyerahan, itu sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang kubayangkan. Yang dia
ajarkan padaku adalah jadwal Vincent untuk bulan itu.
Selain itu, ada pilihan
makanannya.
Kesukaan dan
ketidaksukaan pada subjek pelajaran, tapi sepertinya dia sama sekali tidak
menyukai apa-apa.
Keahlian sihirnya... itu
bahkan tidak layak dibicarakan.
Sikapnya pada
orang-orang...
Kenapa Will tidak dalam
daftar? Pastinya, dia tentu sudah dibenci olehnya.
Bagaimanapun, tidak ada
apa-apa mengenai pekerjaan itu sendiri.
Meski aku telah
mendengar kabar yang mengkhawatirkan tentang Vincent, Will menyingkirkan topik
tersebut dengan mengatakan bahwa dia hanya egois. (Inggrisnya persistent: keras
hati)
Sama seperti yang
diharapkan dari Pelayan, penyerahan itu selesai dalam sekejap dan kemudian si
bajingan itu segera melarikan diri.
Yang tertinggal, aku dan
Vincent, mulai memilih pakaian yang akan kugunakan.
Kalau dipikir-pikir, aku
hanya mengenakan pakaian tidur selama ini. Anak laki-laki itu menyiapkan
beberapa set pakaian pelayan, tapi tidak ada yang sesuai denganku.
Itu tampak seperti aku
punya tubuh yang luar biasa kecil... Yah, aku bahkan tidak tahu usiaku.
Mungkin alasan kenapa tidak
ada yang sesuai, itu karena aku belum mencapai usia yang pantas untuk pekerjaan
itu. Untuk menggantinya, kami mencoba beberapa pilihan pakaian yang telah dia
pakai.
「Bagaimana dengan yang ini?」
「... Saya pikir itu terlalu mencolok untuk
seorang pelayan.」
「Bahkan yang ini? Yah, kau mungkin benar. Pakaian
pelayan harus terlihat buram.」
Vincent sepertinya
mempunyai pikiran yang kasar, tapi anak ini, yang memikirkan bagaimana
seharusnya pakaianku, sangat egois.
Ketika memilih yang
terbaik dan terutama didasarkan pada ide tersebut, bahwa pakaian pelayannya
harus tampak pantas.
Namun, selera anak ini
dalam pakaian benar-benar menyedihkan
Meskipun itu mungkin
pantas di dunia ini, bagiku itu hanya setumpuk pakaian yang tidak akan pernah
sanggup untuk kupakai. Tidak peduli apapun yang kucoba, aku tidak dapat
menemukan sesuatu yang bisa ku setujui.
Akhirnya, ketika aku
berpikir untuk menyerah, aku menemukan sebuah jas di sudut lemari yang lebih
besar dari kamarku. Itu berbeda dengan yang biasanya, hitam monokromatik*, dan
memberi perasaan tenang. [Yang Cuma terdiri atas satu warna. Contoh: merah,
kuning, hijau dilang-]
「Apa yang ini tidak apa-apa?」
「Hmm?」
Anak itu mengalihkan
perhatiannya pada pakaian yang kutunjukkan. Ekspresi wajahnya menjadi suram. Sepertinya
dia tidak menyukainya.
「Ini pakaian ksatria.」
「Pakaian ksatria?」
「Para ksatria memakai pakaian seperti ini.」
「Tidak, saya mengerti itu. Apakah itu menimbulkan
masalah?」
「Kau akan menjadi pelayan, bukan ksatria.」
「...Ah, itu benar.」
Sikap keras kepala ini
mungkin terbukti lebih sulit daripada yang kubayangkan. Namun, aku tidak bisa
membiarkannya saat ini karena aku lebih baik mati daripada mengenakan baju
berenda dan celana pendek.
「Namun, saya adalah pelayan Vincent-sama, jadi
bukankah akan ada saat di mana saya harus melindungi anda?」
「...Itu benar.」
「Seseorang, yang melindungi tuannya, itu tidak
berbeda dengan seorang ksatria. Meskipun tugasnya mungkin berbeda, sejauh tugas
berjalan, mereka tetap sama.」
「…Mhm.」
「Itulah sebabnya untuk orang yang diberi tugas
sebagai pelayan penuh (full-time), mengenakan pakaian seorang ksatria
seharusnya tidak menimbulkan masalah.」
「...Itu seharusnya tak apa. Baiklah, mari gunakan
ini sebagai seragammu.」
「Terima kasih.」
Bujukan berhasil! Aku segera
membelakangi lemari dan mengganti pakaianku.
Meskipun aku sudah
mendengar kalau pakaian itu yang dipakai ksatria, rasanya seperti gakuran yang
diubah dengan kerah yang lebih tinggi dan mantel yang sedikit lebih panjang.
[Gakuran, seragam pria SMA Jepang.]
Setelah memakainya dan
memeriksa hasilnya di cermin, tampaknya pas untukku lebih dari yang kuharapkan.
Hal itu mengarah pada
pertanyaan kenapa hanya set pakaian seperti ini? Apakah itu perbedaannya antara
pakaian ksatria dan aristokrat?
Sementara aku sibuk dengan
pikiran itu, anak itu keluar dari lemari dan menatapku takjub.
「...Apakah terlihat aneh?」
「Tidak, justru sebaliknya. Setelan ini cocok
untukmu.」
「Saya bersyukur. Itu karena pakaian ksatria ini
terlihat bagus.」
「...Kau terlihat seperti ksatria hitam.」
「Ya?」
「Kau tidak mengetahuinya? Itu adalah protagonis
dalam buku yang kubaca semenjak kecil. Rambut dan mata hitam, pakaian yang
dikenakannya juga berwarna sama. Dia seorang pahlawan yang datang dari dunia
lain dulu kala. Pakaianmu dibuat untuk meniru yang dikenakan ksatria hitam pada
ilustrasi di dalam buku itu.」
「Saya mengerti. 」
Aku ingin tahu apakah
orang itu orang Jepang. Jika memang begitu, aku bukanlah satu-satunya di dunia
ini yang datang dari dunia lain. Tapi biarpun begitu, jika itu memang
benar-benar orang Jepang yang berambut dan bermata hitam maka cara dia dikirim
ke dunia ini berbeda denganku.
Tampaknya ini adalah
semacam dunia yang “segala sesuatunya berjalan”. [Idiom mengenai ‘Segala
sesuatunya diterima atau dapat diterima; tidak ada larangan.]
「Apakah kau tahu bagaimana menggunakan pedang?」
「Tidak terlalu...」
「Bagitukah? Maka kau akan belajar denganku.」
「Eh?」
「Apa kau tidak tahu jadwalnya?」
「Tidak, saya tahu. Anda berlatih anggar tiga kali
seminggu. Apakah mengenai itu? 」
Aku mengetahui bahwa
dunia ini memiliki enam hari dalam seminggu saat aku diajari jadwal Vincent.
Hari-harinya terkait dengan unsur-unsur seperti di Jepang, tapi tidak ada yang
sama dengan hari Jumat, dan Kamis adalah hari angin.
[Kata guru saya, Minggu 日 matahari, Senin 月 bulan, selasa 火 api, Rabu 水 air, Kamis 木 pohon, Jumat 金 emas, Sabtu 土 tanah.]
Hari-harinya terdiri
Matahari, Bulan, dan empat elemen. Sanggat mudah dipahami.
「Kau akan mengikuti latihan anggar itu.」
「Bukankah aku hanya mengganggu?」
Aku akan sangat senang
bisa diajari pedang. Namun, aku bisa ikut atau tidak, bukanlah keputusanku.
「Ini untuk melindungiku dengan baik jadi tentu
saja kau harus mengasah keahlian berpedangmu. 」
Itu adalah pemikiranku
sejak awal. Yah, baiklah kalau begitu.
「Saya mengerti. Saya akan melakukan apa yang anda
katakan.」
Dengan ini, aku juga
bisa mengikuti latihan anggar, tapi masalah berpedangnya belum terselesaikan.
◇◇◇
Mempelajari jadwalnya,
kesanku terhadap anak itu berubah.
Bagaimanapun juga itu
jadwal yang cukup sibuk.
Setiap hari, dia diajari
mata pelajaran akademis oleh pengajar berpengaruh sepanjang pagi dan sihir saat
siang hari. Sorenya diikuti dengan kelas anggar separuh seminggunya dan belajar
kecakapan sosial seperti etiket separuh lainnya.
Seluruh harinya dipenuhi
dengan belajar.
Ketika aku pertama kali
melihat jadwalnya, aku berpikir kalau itu seharusnya benar-benar sibuk karena
dia adalah pewaris Keluarga. Namun, saat menyaksikan kelasnya, aku dipenuhi
dengan perasaan simpati.
「Aku tidak mengerti, karena cara mengajarmu yang
buruk.」
「Saya mohon maaf untuk itu, tapi jika orang yang
saya ajari tidak tertarik untuk belajar, maka tidak ada yang bisa saya lakukan.」
「Apa kau berkata kalau aku yang salah?」
「Saya hanya mengatakan kalau kita berdua harus
berusaha lebih keras.」
Anak dengan nilai yang
buruk itu hanya mengalihkan kesalahan pada pengajarnya. Pengajar itu
melemparkannya kembali.
Namanya Harvey Moore dan
dia sedikit berbeda dengan pelayang lainnya.
Aku segera mengetahui
alasannya.
Meskipun dia seorang
pengajar, dia mampu melakukan banyak pekerjaan lain, jadi keluarga ini enggan memecatnya.
Ini sebabnya dia bisa bersikap dengan cara yang lebih bebas daripada
orang-orang yang berasal dari keluarga pembantu yang mapan.
Apakah itu caranya
berbicara kasar?
Hanya dengan melihat
pelajarannya, orang akan mengerti.
Karena mengajari anak
itu sendiri memang sulit.
Sepertinya Vincent
benar-benar idiot.
「Aku berusaha keras.」
「Apakah itu yang sebenarnya?」
「Apa?」
「Jika anda mendengarkan saya dengan benar, anda
akan bisa mengerti apa yang saya ajarkan saat ini. Karena tak mampu
melakukannya berarti anda tidak memperhatikan.」
「...Itu tidak benar sama sekali!」
「Sayangnya, begitulah adanya.」
「Kenapa kau mengatakan begitu?」
「Karena bahkan orang yang duduk di ujung ruangan
bisa memahaminya.」
「Apa!?」
「Eh?」
Ini merupakan
perkembangan yang buruk di sini.
Aku ingin mereka
berhenti mengalihkan pembicaraannya padaku.
Aku memang mengerti,
namun, bukan karena aku mendengarkan dengan saksama tapi karena aku sudah
diajarkan pelajaran ini sejak lama.
「Apa itu benar?」
「Itu...」
「Tidak menjawab adalah jawabannya sendiri. Dia
melakukannya karena mempertimbangkan Vincent-sama.」
Pengajar itu lebih
memojokkanku ke sudut lagi. Apa sih yang dia rencanakan?
「...Kalau begitu. Rion. Lihatlah masalah ini.」
「Ah tidak, itu...」
「Jika kau tidak menyelesaikannya, kau akan
dihukum serta kehilangan makan malam.」
Vincent menganggap
masalah ini serius. Cobaan berat ini berubah menjadi pilihan antara emburu atau
tidak makan malam.
「Saya mengerti.」
Aku tidak bisa menang
melawan nafsu makanku.
Sembari duduk di kursi
aku menilai masalah yang kuhadapi. Ini tentang perkalian dan pembagian pecahan.
Seperti yang kuduga, aku bisa menjawab sebanyak ini.
Aku mengambil pena yang
lebih sulit digunakan daripada menyelesaikan masalah itu sendiri. Aku tidak
terbiasa dengan pena yang perlu mencelupkan tinta setiap saat tapi aku dapat
menulis penyelesaiannya meski huruf yang dihasilkan berantakan.
「...Apa kau pernah mengambil kelas aritmatika?」
「Hanya sedikit, dari orang tua saya.」
「Tapi kudengar kau seorang yatim piatu?」
「Aku diajari sebelum mereka meninggal.」
「...Penghuni pemukiman kumuh mengajari anak-anak
mereka?」
「Saya tidak tahu apakah ini lazim atau tidak.
Saya hanya bisa mengingat hal-hal yang menurut saya berguna untuk keluar dari
daerah kumuh.」
「Yah itu bisa dibenarkan. Bagaimanapun, untuk
berpikir kalau kau bisa melakukan mental aritmatika...」[Mental aritmatika: Sempoa]
Sepertinya aku sudah
benar-benar melakukannya sekarang. Perkalian dan pembagian pecahan hanyalah
masalah sederhana, namun, aku memiliki banyak hal yang dilebihkan dengan
memecahkannya dengan mental aritmatika.
Seharusnya aku tidak
menyelesaikannya dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan dunia ini... Bukan,
mempertimbangkan usiaku yang jelas.
Dan reaksi Vincent...
「Seperti yang diharapkan dari pelayanku. Baiklah,
kau harus belajar denganku mulai dari sekarang. Guru, ini tak apa, kan?」 (Pekerjaan Ryou itu pelayan penuh (full-time) yang selalu nempel
sama tuannya. Saya tidak tau mau ngartiin bagaimana jadi mulai saat ini saya
memakai pelayan saja.)
「Eee, tentu saja.」
Bahkan tidak disertai
dengan perasaan iri, dia sebenarnya senang dengan hal itu.
Apa dia orang bodoh atau
bijak, aku tidak mengerti lagi dengannya.
Namun, yang pasti, itu
terlalu dini untuk menuliskannya sebagai seorang anak yang egois.
◇◇◇
Setelah makan siang
selesai, ini saatnya untuk kelas sore.
Kali ini, adalah anggar.
Orang yang mengajari kami adalah kapten pasukan ksatria Marquess di ibukota,
Eric Marvin. Karena posisiku juga seorang murid dan Vincent seorang yang keras
kepala tentang hal itu, dia menyuruhku untuk memanggil Eric “shishou” dan bukan
“kapten ksatria”. [Shishou: Guru, Master]
Karena ini anggar,
seperti yang diduga itu tidak akan menghasilkan hal yang sama seperti apa yang
terjadi pada aritmatika.
Berlatih mengayun, tak
lain hanyalah latihan mengayun.
Marvin-shishou, yang berada
di sisi anak itu, menatap Vincent yang sepenuh hati mengayunkan pedangnya.
Itu adalah cara melewati
hal yang disebut latihan mengayun.
Gerakan kaki, gerakan
pergelangan kaki dan lututnya, penyesuaian pusat gravitasinya dengan
menggerakan pinggul dan punggung bawahnya, ayunan lengannya yang halus dalam
satu nafas tanpa perlawanan.
Aku disuruh melakukan
hal yang sama tapi, aku tidak bisa mengerti apa yang apalagi melakukan
gerakannya. Shishou menjelaskan bahwa cara yang tepat menggayunkan pedang
membutuhkan penggunaan tidak hanya lengan tapi seluruh tubuhmu.
Mengingat hal itu, aku berlatih
mengayun sambil sadar akan gerakan tubuhku.
Aku terus-menerus
melakukan itu sepanjang waktu. Atau bagitulah apa yang ingin kukatakan, tapi
aku saat itu belum bisa mempertahankannya.
Saat kehabisan nafas,
aku tidak bisa mengangkat tangan lagi. Aku mengerti batas staminaku dengan pelajaran
anggar ini. Aku perlu menciptakan waktu untuk melatih daya tahanku.
Seperti in, aku bisa
merumuskan jadwalku sendiri sedikit demi sedikit.
◇◇◇
Setelah pelajaran
anggar, ini waktunya untuk tidur siang. (Padahal waktunya menunjukkan kelas
anggar ‘sore hari’, tapi setelah latihan anggar malah tidur siang. Entahlah)
Tentu saja, itu jadwal
Vincent, seseorang sepertiku tidak akan diberi istirahat.
Karena mengatakan itu,
seseorang sepertiku yang baru saja menjadi pelayan tidak ada yang dilakukan
dengan waktu luangnya dan, seolah-olah dia mengantisipasi hal itu, ojou-sama
sampai.
「Rion, kau bebas, apa aku benar?」
「Ya, nona.」 (Bab kemarin saya menggunakan
tuan putri, sekarang saya akan menggunakan nona)
「Kalau begitu, temani aku.」
「Ke mana?」
「Kelasku dimulai sekarang. Kau seharusnya belajar
denganku juga.」
「...Mengerti.」
Meskipun aku tidak tahu
apa mata pelajarannya, meskipun begitu belajar merupakan hal yang baik. Tidak
peduli seberapa inginnya aku belajar di dunia lamaku, aku tidak dapat
melakukannya. Aku yang lain tidak pernah bisa belajar.
Terlahir miskin merampok
adalah salah satu kemungkinannya.
Aku segera ingat
ungkapan itu.
「Mayers-sensei, aku membawa Rion bersamaku.」
「Ohh, jadi itu orangnya.」
Seolah-olah dia telah
menolak sebelumnya, Mayers-sensei jelas tidak begitu senang dengan
kedatanganku. Mengeluarkan getaran yang ketat, dia tampak sangat pas untuk
pekerjaannya sebagai pengajar putri bangsawan. Dia benar-benar sesuai dengan
apa yang kubayangkan tentangnya meskipun itu adalah bayangan yang kuimpikan
secara egois.
「Kalau begitu sensei, saya mohon bimbingannya.」
「Tentu, Ariel-sama. Saya mohon bimbingannya juga.」
「...Ada apa dengan pandangan itu?」
Saat aku berdiri kaku karena
terkejut sebab penerapan sopan santunnya yang tiba-tiba, ojou-sama menatapku
dengan perasaan tidak senang.
Sekarang inilah Ariel
yang biasa memperlakukanku.
「Ariel-sama, bukankah tingkah laku itu tidak
pantas?」
「.... Astaga, aku telah menunjukkan sisi
memalukanku. Saya akan lebih berhati-hati mulai dari sekarang.」
Lagi, berubah menjadi
kesopanan... yang tak terduga.
「Erm, bolehkah saya tahu apa mata pelajaran kelas
ini?」
「Bukankah seperti yang telihat? Ini pelajaran
etiket.」
「Etiket? Apakah saya berpartisipasi juga?」
「Kamu bukan hanya pelayan onii-sama tapi juga
ku... ku...」(Inggrisnya: my... my...)
Sepertinya dia
memutuskan akan sulit memanggilku peliharan di depan pengajar tatakramanya.
「Bagaimanapun juga, karena kamu sekarang orang
dari rumah ini kamu harus belajar cukup tatakrama untuk menghindari rasa malu
di depan umum.」
「Namun, saya hanyalah seorang pelayan...」
「Bahkan jika kamu hanya seorang pelayan, kamu
pasti akan menjadi seseorang yang akan selalu mengikuti usaha onii-sama dan
terkadang juga aku. Apakah kamu berniat membuat malu bagi kita saat itu tiba? 」
「Tidak, nona.」
「Maka kamu harus belajar etiket yang pantas.」
「Mengerti...」
Sulit untuk melawan
gadis ini bahkan bagi seseorang sepertiku dengan usia mentalku yang lebih tua.
Apakah itu karena martabat yang dilahirkan oleh para bangsawan?
Bagaimanapun Vincent
tidak mengeluarkan perasaan seperti itu.
「Kalau begitu, hari ini kita mulai dengan
pelajaran dansa, bukan?」
「Ya?」
「Itulah mengapa aku memanggilmu. Aku memerlukan
pasangan latihan untuk dipasangkan, kamu tahu?」
「Nona, saya tidak tahu apa-apa tentang dansa.」
Meskipun aku teringat
menari saat sekolah dasar, sangat berbeda dengan cara melakukannya di sini.
「Itu tak apa. Lagi pula, ini juga pertama kalinya
untukku. Kalau begitu sensei, mari kita mulai.」
Pada akhirnya, aku harus
menemaninya di atas lantai dansa selama satu jam. Untungnya, itu adalah kelas
dansa pertama dan langkah-langkahnya cukup mudah.
Steps, berpikir kalau
aku dapat menggunakan kata ini dengan mudah. [Inggris. Arti: Langkah]
Setelah itu, aku juga
harus ikut dengannya pada pelajaran tatakrama.
Yah, kupikir itu
baik-baik saja.
Namun, apakah ini
benar-benar bagian dari tugasku sebagai pelayan?
◇◇◇
Setelah kelas etiket
Ariel berakhir aku kembali ke ruangan Vincent.
Pelajaran selanjutnya
sesuai jadwal adalah pelajaran sihirnya.
Ini adalah satu-satunya
hal yang tidak bisa kupelajari.
Aku berdiri di sudut
ruangan agar tidak mengganggu anak itu yang sedang memusatkan pertahatiannya untuk
memahami mana-nya, sama seperti yang pengajar sihir perintahkan.
Meskipun ini adalah
kelas sihir, sepertinya dia tidak akan benar-benar menggunakan sihir dalam
pelajaran hari ini.
Menguasai manipulasi
mana ini akan meningkatkan ketepatan dan efektivitas sihir seseorang.
Pada saat ini Vincent
sedang berlatih keterampilan itu.
Dia dengan pelan
menggumamkan mantra aria sesekali.
Sepertinya proses
pelemparan mantra terbagi menjadi tiga tahap, perapalan sihir menjadi tahap
yang pertama dan perwujudan mana yang ada di dalam tubuh seseorang yang kedua.
Tampaknya proses ini
tidak berubah terlepas dari elemen apa yang dimiliki seseorang tapi karena
detilnya sangat bergantung pada pandangan pikiran seseorang, hasilnya akan
tersusun sendiri sesuai dengan gambaran mental itu.
Dengan kata lain, tujuan
aria adalah untuk membuat gambaran mental lebih mudah pada individu. Dengan
latihan yang cukup, seharusnya seseorang dapat menggunakan mantra pahkan tanpa
merapal.
“Aku akan memberikan
sihir atasmu”
Ini kedua kalinya aku mendengar
ucapan itu.
Alaminya, ini akan
mengubah keefektifan sihir. Untuk beberapa alasan, itu mempengaruhi peredaran
mana di dalam tubuh seseorang.
Tapi aku merasa ada
sesuatu yang salah.
Peredaran yang
sebenarnya tidak mengikuti gambaran mentalku.
“Terberkatilah angin,
datang dan sembuhkanlah!”
Pada tahap ketiga,
elemen yang digunakan harus ditetapkan. Dalam hal ini, setelah perapalan mana
dengan atribut angin itu berubah menjadi sihir penyembuh. Sensei mengatakan itu
kemudian akan mengeluarkan mana yang berada di dalam tubuh seseorang dan
kehendak dunia akan bertindak seseuai dengan itu... Tapi di mana tepatnya dunia
mengambil tindakan?
Yah, pengetahuan itu
cukup sederhana.
Mungkin sebaiknya aku
membaca lebih banyak novel ringan sebelumnya.
Kehendak dunia dan empat
atribut, jika itu adalah spirit kemudian apakah mereka terwujud ketika
seseorang menggunakan sihir? Aku melihat sekeliling tanpa henti tapi tidak ada
jejaknya.
Mungkin itu benat-benar
mustahil bagiku untuk menggunakan sihir.
Jika itu permasalahannya
aku hanya bisa meningkatkan ketrampilan bertarungku memalui pedang. Aku tidak
bisa tetap seperti ini selamanya jadi aku mulai fokus pada masa depanku.
Aku putuskan untuk tidak
peduli lagi dengan apa yang orang-orang katakan. Aku harus dengan benar
mendapatkan kekuatan yang kubutuhkan untuk hidup di dunia ini.
Aku akan menempatkan
seluruh kekuatanku ke dalam pelatihan, dengan penggunaan yang sama dengan
karakter utama kisah fantasi tersebut.
Aku bersumpah dari dalam
lubuk hatiku.
Catatan:
Bagi
yang bingung perbedaan tatakrama dan etiket seperti saya pada awalnya, saya
jelaskan.
Etiket
(Bahasa Perancis; etiquette): suatu sikap seperti sopan santun atau aturan
lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam
pergaulan. Wiki.
Tatakrama:
Adat sopan santun (kebiasaan), basa basi. KBBI.
Tapi
bukankah itu sama saja? Asudahlah. Nyahahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar