In A World Without Life Chapter 2 Bahasa Indonesia

Bab 2: Menghibur


Tiga hari berlalu, dan kapanpun matahari terbit, kami akan terus berjalan.

Tidak peduli seberapa jauh kami melangkah, semua yang kami temukan adalah rumah kosong, dan ladang-ladang yang dipenuhi dengan rerumputan.
Adakalanya, tidak seperti rumah normal yang kami lewati, kami akan melihat mansion-mansion besar, tapi bahkan mansion-mansion itu tidak terurus. Rumput liar melewati batasan-batasannya.
Apa yang sedang kami pijaki adalah jalan lebar. Kurasa ini semacam jalan raya.
Aku pernah mendengar sebelumbnya kalau pedesaan di negara-negara yang luas, jalanannya tidak terurus dengan baik, dan itu tetap sama seperti tahun-tahun yang lalu.

Tapi ini seharusnya jalan lebar sebelumnya. Tanah keras yang dibuat halus untuk orang berlalu-lalang sepertinya tidak menemui satu orang pun atau kereta selama berbulan-bulan. Dedaunan menyebar di celah-celah dalamnya.

Aku ingat paku ekor kuda yang tumbuh dari celah antara beton di awal musim semi. (Paku ekor-kuda sepertinya tanaman, mungkin...)
Pada saat itu, aku benar-benar terkesan dengan keuletannya tumbuh dari tempat seperti itu, tapi aku merasakan seseuatu yang berbeda dari tanaman di jalan ini.
Secara khusus, apa yang berbeda? Jika aku ditanya seperti itu, aku tidak percaya aku bisa menjawabnya.
Tapi, sesuatu... aku merasa ada yang salah.
Tanah ini terlalu sepi.
Sudah berapa lamat terakhir kali aku mendengar kicauan burung, atau dengungan serangga?
Ketika aku mencoba menelusuri kembali ingatanku, itu sudah hilang pada saat aku menemukan diriku terdampar di gunung itu.
Hanya gemerisik pohon dan suara gema angin yang melewati dunia ini... Aku tidak bisa merasakan napas kehidupan.
Satu-satunya hal yang bisa kurasakan adalah...

“Mizuki, tarte nimyaku!”

Celeilia mengucapkan suara yang menyenangkan saat dia menunjuk ke depan.
Sampai hari ini, aku belum bisa memahami kata-katanya, tapi setidaknya kami bisa memahami dengan bahasa isyarat.

“Sebuah kastil...” (Yang pasti bukan kastil [Raja Iblis] XD)

Apa yang kami temukan, saat kami sampai di puncak bukit kecil, adalah sebuah kastil besar.
Dibandingkan dengan taman hiburan yang pernah ku kunjungi, kastil itu dibuat dari batu... dan dibangun dengan gaya lama.
Ketika aku memikirkan Westren Castle, aku membayangkan orang-orang di taman hiburan kembali ke rumah, tapi yang satu ini sangat berbeda.
Kastilnya dibangun dari batu warna abu-abu. Bertahun-tahun sejak itu dibuat, kastilnya sedikit hangus oleh sinar matahari.

Seolah ingin melindungi interiornya, empat menara dibangun membentuk persegi disekelilingnya.
Di bagian dalamnya, batu yang sama ditumpuk untuk menciptakan pondasi. Itu adalah kastil yang kokoh.
Tapi daripada aku yang iri dengan bangunan aneh yang mirip taman hiburan, ini nampak lebih seperti penjara raksasa daripada sebuah kastil.
Itulah bedanya dengan kastil yang kupahami di dalam pikiranku.
Dan secara alami yang tersebar di sekitarnya adalah kota kastil, dan rumah-rumah dengan batu abu-abu yang sama dengan kastil itu berbaris rapi.
Aku tidak tahu di masa apa kastil itu dibangun, tapi dalam Ilmu Sosial, kudengar kalau butuh bertahun-tahun pembuatan untuk membuat kastil batu.
Does the fact that it’s preserved so gallantly make it a world heritage site? Apa fakta kalau itu dilindungi menjadikannya situs warisan dunia?
Tempat seperti ini cenderung mendarik wisatawan, jadi seharusnya orang-orang berkumpul secara alami.

“Chnika hyoph, Mizuki.”
“Yah, ayo pergi.”

Ada sedikit jarak ke kota kastil, tapi fakta sederhana kalau kami mempunyai tujuan mengisi kekuatanku. Aku mencocokkan kecepatan Celeilia saat kami menuju ke kota kastil.
Meskipun kupikir aku aku berjalan relatif cepat, Celeilia selalu beberapa langkah di depanku terlepas dari kenyataan kalau dia membawa lebih banyak barang bawaan. Sebagai laki-laki, ini sedikit memalukan. Mengingat perbedaan tenaga kami, kukira hal ini tidak dapat membantu, tapi mungkin aku harus mulai melatih kakiku.
Jika aku kembali, maraton... terlalu keras, jadi aku setidaknya akan mulai berjalan untuk menambah stamina.

Akhirnya, kami mendekati gerbang kota yang sangat besar sehingga aku harus menengadah ke atas.
Dari kejauhan, itu tampak seperti kota mini, tapi saat kami mendekat, aku menyadari bahwa itu sangat besar.
Batu berwarna abu-abu itu sudah bernoda hitam dan coklat kemerahan di beberapa tempat selama bertahun-tahun.
Dan tumbuh-tumbuhan merambat menembus dinding raksasa.
Jembatan yang menuju ke kota... juga terbuat dari batu, dan mudah dilalui.

Setelah terpaku beberapa saat, aku melihat Celeilia berdiri di tengah jembatan, melambaikan tangan ke arahku. Aku berlari menyusulnya.
Sewaktu aku melewati gerbang yang kosong itu, pemandangan Kota Kastil terpampang di depanku.

“......”

Sama seperti kastilnya, rumah-rumah berjejer itu dibuat dengan menumpuk banyak batu.
Sementara beberapa rumput tumbuh di sana sini, jalan batunya diperbaiki dengan baik di tanah yang keras.
Rumah-rumahnya dilengkapi dengan jendela... berpalang kayu menyilang*. (bisa juga diartikan salib)
Tapi...

“Ini seperti kota hantu...”

Kota yang sunyi seperti kematian itu sendiri. Jalan yang sunyi. Kota yang sunyi... Dunia yang sunyi.
Kehidupan juga tidak ada di sini.

Dari apa yang bisa kulihat, itu belum lama sejak beberapa rumah ini dibangun.
Ini aneh untuk bangunan batu seperti ini yang dirawat dengan indahnya.
Bangaimana aku harus mengatakannya... ini tidak aneh kalau rumahnya lapuk atau rusak, tapi sepertinya sampai beberapa bulan yang lalu, orang-orang tinggal di sini dengan baik...

“Mizuki, horriki nit!”
“Y-yeah.”

Saat aku merasa sangat gelisah, Celeilia memanggilku.
Mungkin ini memalukan, tapi aku sangat senang dia bersamaku.
Celeilia tampaknya memiliki tujuan, dan kapanpun aku berhenti, dia menggenggam tanganku dan menuntunku.

Ini dulu kota besar, kukira. Kota kastilnya sangat luas, dan jalanannya begitu rumit sehingga kupikir aku akan tersesat sendirian.
Mungkin saja Celeilia pernah tinggal di kota ini sebelumnya.
Pergerakannya sangat halus sehingga pikiran itu terlintas di kepalaku.

“Kastil?”

Apa yang perlahan kami dekati adalah kastil yang kita lihat dari puncak bukit.

“Roph, Hitkima mezmo hottechyo sokchenma kezo…”

Berbicara dengan nada sedikit menyesal, Celeilia mulai meningkatkan kecepatannya.
Ketika kami melewati gerbang kastil, aku menengadah ke tiga bangunan terpisah.
Yang pertama adalah kastil yang besar. Dua lainnya, aku tidak tahu.

Celeilia melangkah ke kastil tanpa ragu-ragu.
Interiornya gelap, dan sedikit lembab. Ventilasinya juga tampak buruk.
Yang menjulur dari dinding adalah cantelan obor, kemungkinan besar digunakan untuk menerangi tempat ini.
Seakan mereka telah terbakar sejak lama, pecahan karbon berserakkan di sekitar kakiku.
Lebih dari sebuah kastil, suasana dingin di benteng ini menguasai tempat ini.

Di tengah jalan, kami menuruni tangga, tapi penurunan antara tangga cukup kasar dan tidak teratur, jadi aku hampir jatuh berkali-kali.
Dan apa yang menghentikan Celeilia adalah emas dan perak. Pintu yang dilengkapi dengan banyak logam mulia dan ornamen batu permata yang cantik.

“Mizuki, hohok.”
“Apa ada sesuatu di luar sini?”


Saat dia mengangguk tegas, dia membuka pintu dengan dorongan yang kuat.
Tidak mau terbuka.

“Zoph hitte?”

Celeilia memiringkan kepalanya karena penasaran.

“Mungkinkah...”

Aku mencoba menariknya.
Pintunya, yang dibuat terlalu berat karena semua ornamennya, terseret sepanjang lantai saat mulai terbuka.
Saat aku melihat ke arah Celeilia, aku mendapati wajahnya sedikit pucat berwarna merah muda.
Apa dia malu?
Jadi bahkan dia membuat kesalahan.
Dengan sembarangan aku membayangkan dirinya sebagai orang sempurna yang bisa melakukan apapun.
Maksudku, dia menunjukkan kekuatan sihir stiap hari. Aku punya dugaan, atau mungkin itu aspirasi.
Tapi mungkin ini sedikit melegakan.
Sampai sekarang... tidak. Bahkan sekarang, aku merasa tempat tak bernyawa ini menakutkan, sehingga sedikit menenangkanku.
Bagian dalam dari pintunya gelap, dan aku benar-benar tidak bisa melihat, tapi cahaya samar lolos dari jendela yang tertutup di sisi lain.
Saat Celeilia membuka jendela, isi ruangannya dapat terlihat.
Semuanya didekorasi dengan rumit... ada banyak benda, tapi tata letak dasar ruangannya termasuk permadani, kasur, meja, dan rak buku.
Di lantai meja, debu menumpuk.
Jika aku mendeskripsikannya dalam satu kalimat, ini terlihat seperti kamar tidur bangsawan.... Mungkinkah...

“Hmm?”
Melihat dengan teliti, area di sebelah kanan lapisan rak berdebu lebih sedikit dari tampat lainnya.

“Roph, hohoki maymo.”

Seperti yang kuduga, Celeilia berbicara, dan mulai mendorong rak itu.
Aku tidak tahu apa yang ada di sana, tapi aku akan membantu.

Rak bukunya lebih ringan dari yang terlihat, dan dengan dua orang, itu mudah untuk dipindahkan.

“Apa ini yang kau sebut lorong tersembunyi?”

Di baliknya ada lubang yang sempit sehingga hanya dapat dilalui satu orang sekaligus.
Di sisi lain lubang itu ada tangga yang mengarah ke bawah, tapi selebihnya terlalu gelap untuk dilihat.


“Horrik, Mizuki.”

Celeilia menurunkan barang bawaannya di ruangan itu. Dia mengambil beberapa lembar warna merah dengan satu tangan.
Tidak peduli berapa kali aku melihatnya, kertas-kertasnya sangat menakjubkan. Ketika kami bekemah, kertasnya menyala panas, tapi sekarang kertas itu mengeluarkan cahaya hangat untuk memberi kami pengelihatan.
Dengan tangan yang lain, dia menggenggam tanganku, dan mulai menuruni tangga.
Detak jantung yang terkirmkan padaku melalui tangan kami yang tertaut tampak sangat keras.
Kami turun beberapa tingkat, dan suasananya memberi tahuku kalau kami berada di bawah tanah. Di depan kami ada sebuah ruangan besar, dan isinya membuatku kehilangan kata-kata.

Itu adalah gunung harta karun.
Apa yang tercermin di mataku adalah logam emas, dan aksesoris berhias permata. Banyak perhiasan, buku tua yang tampak berharga, mahkota, dan tiara. Ada barang, dan benda lain yang tampak berharga.
Ada ungkapan timbunan harta karun, tapi kupikir ini adalah frase yang sempurna untuk digunakan di sini.

“Mizuki.”
“Celeilia?”

Dari gunung harta yang tidak ternilai harganya, dia mengeluarkan kotak kecil, dan memperlihatkan isinya padaku.
Enam bola permen keras berbaris.
Karena umurnya, kualitasnya jauh lebih rendah dari apapun yang bisa kau temukan di toko.
Yang lebih penting, permen itu ditempatkan di area yang tidak memiliki peraturan suhu atau kelembaban. Beberapa dari permen itu tampak telah meleleh sedikit. Aku sdikit ragu untuk memakannya...
Sebelum aku bisa mengatakan apapun, dia segera memasukan satu permen ke dalam mulutnya.

“Rach, Mizuki, o minette.”

Dia mengambil satu permen, dan menutup mulutku.
Kupikir minette artinya makan. Ini kata yang sering dia ulang saat makan, jadi tidak ada keraguan lagi ini terkait dengan tindakan itu.
Aku melihat bola permen yang mendekat.
Itu benar-benar sedikit kotor. Akan butuh beberapa keberanian untuk memakannya.

“Jika kumakan, aku akan menghancurkan perutku, jadi...”
“Yazka kachya hachime!”

Ini pertama kalinya Celeilia berteriak padaku.
Dia tampak sedikit marah, bukan?
Dia menegaskan kalau dia akan jauh lebih keras dari sebelumnya, atau semacamnya.
Yeah~... ini menakutkan, tapi karena dia membawaku sejauh ini, mungkin aku juga telah mengumpulkan beberapa keberanian.

Aku mengambil permennya, dan dengan takut memasukannya ke dalam mulutku.
Apa yang mulai berputar dan menyebar di sekitar lidahku rasanya cukup aneh.
Tidak manis, tiap kunyahan*, dan tidak memiliki aroma seperti permen. (‘per say’ ada yang tau? Mungkin Inggrisnya typo)
Aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk mendeskripsikannya.
Paling tidak, dalam hidupku, aku tidak pernah merasakan apapun yang mirip dengan itu.
Jika aku terpaksa memberikan deskripsi, maka mungkin gelas peleburan kaca yang larut saat aku menjilatnya... rasanya seperti itu.

“Mizuki, apa kata-kataku sampai?”
“Eh!?”

Aku mendengar seseorang memanggilku, jadi aku berbalik. Dan tentu, hanya Celeilia yang ada di sana.
Maksudku, suaranya jelas memanggilku Mizuki.
Apa artinya ini? Mungkinkah Celeilia belajar bahasa Jepang?
Tidak, itu tidak terjadi.
Bahkan jika dia memahaminya, dia sudah pasti memberitahuku sebelumnya.
Melihat ekspresi bodohku, Celeilia tersenyum lembut.

“Aku bisa memanggilmu Celeilia... benar?”
“Ya. Aku Celeilia Flamell.”

Saat dia menjawab pertanyaanku, Celeilia menunjukkan sedkit kelembapan di matanya, seperti yang kadang-kadang dilakukannya dalam perjalanan kami, saat dia tersenyum.

“Selalu... Mizuki, aku ingin berbicara denganmu...”
“Denganku? Tunggu, siapa kamu?”
“Aku Celeilia. Negara ini... tidak, Mizuki, penghuni dunia yang berbeda dengan duniamu.”
“Dunia lain?”

Dengan eskpresi kesepian, dia mengangguk.

“Kamu mungkin tidak mempercayaiku, tapi dunia Mizuki dan aku berbeda... kukira.”
“Um~... maksudmu seperti perbedaan dalam bahasa, atau negara, atau semacamnya?”
“Mizuki, aku yakin dengan itu. Maksudku, dunia yang kutinggali... di negara ini, tidak ada benda seperti alat yang kamu simpan di saku kirimu.”

Aku segera memasukkan tanganku ke dalam saku.
Di dalamnya ada ponsel jadul yang kupakai selama bertahun-tahun.
Dulu, saat kupiki masih terlalu dini untuk memilikinya, Ibu dan Ayah membelikannya untukku. Alasannya begitu tua karena alasan sentimen*. Untuk menyalakannya, aku harus pergi ke toko dan membeli lima batere. Fungsinya cukup rendah, dan dibandingkan dengan tren terbaru, ini cukup berat. (saya nggak tau maksudnya)
Tapi bagiku, ini barang yang cukup penting.

“Meskipun ini hanya ponsel biasa?
“Benar... bagimu, itu normal. Lalu apakah ada sesuatu yang sering kamu temukan di sekitarmu, Mizuki?” (Sekitar = tempat asal Mizuki)


Kertas hangat berwarna merah yang berperan sebagai penerangan kami.
Di sekitarku... tidak ada alat sihir seperti itu.
Pertama-tama, bisa saling mengerti setelah menaruh permen di mulutku itu aneh. Ini semacam sihir.
Hal yang paling aneh adalah kata-kata yang kudengar dari Celeilia jelas masih merupakan kata-kata dari sebuah negeri asing, namun setelah otakku memprosesnya, kata-katanya berubah menjadi bahasa Jepang. Jika aku tidak menyebutnya sihir, lalu apa?

“Sejak masa-masa seperti itu, aku telah mengunakannya seperti ini, tapi biasanya kamu bisa bertahan selama seminggu dengan hanya satu lembar saja, kau tau.”
“Lalu apa permen itu sama?”
“Ya, itu menggunakan bahan yang sangat berharga untuk diproduksi, jadi raja negeri ini hanya punya enam karena keputusannya sendiri, tapi seseorang yang memasukkan itu ke mulutnya akan bisa untuk sementara memahami kata-kata orang lain. Ini barang yang sangat berharga.”
“Apa tak apa menggunakan bendda yang sangat berharga itu padaku?
“Tidak masalah. Maksudku, pemiliknya, orang yang menyalahkanmu, dan orang yang menghakimimu; mereka semua pergi.”
“Eh…?”

Aku mencoba bertanya apa maksudnya, tapi tidak mampu mengeluarkan kata-kata itu,
— Itu karena betapa sedihnya Celeilia saat dia mengarahkan matanya ke tanah...
Aku hanya ingin tahu kenapa dia harus membuat wajah seperti itu.
Bukan hanya hari ini.
Kemarin, dan hari sebelumnya, dan bahkan sebelum itu, aku hanya ingin menghibur Celeilia saat dia tersenyum padaku dengan rasa sedih.

“Mengerti. Akan kuterima kata-katamu untuk itu, Celeilia.”
“Sungguh?”
“Yep. Dunia ini berbeda dari dunia yang kutinggali. Dunia lain. Wajar jika bahasanya berbeda, dan tempatku sekarang ini berada di negara yang tidak terhitung jumlahnya di tanah* ini.” (Bumi-nya Celeilia)
“Terima kasih... Mizuki...”
“Itu hidupku. Makasih telah menunjukkanku jalannya sampai sekarang. Aku akan sangat kesusahan jika aku sendirian.”
“Mungkin begitu. Kamu sepertinya tidak terbiasa tidur di luar... ah, tapi camilan manis renyah itu benar-benar enak. Apa itu buatanmu, Mizuki?”
“Yeah, itu makanan dari luar negeri di duniaku...”

Dalam tiga hari yang dibutuhkan untuk sampai di sini, kupikir Suplement Combo Shortbread (Rasa Cokelat) akan busuk, jadi kutawarkan pada Celeilia.
Pada awalnya, mungkin karena itu makanan asing, dia ragu-ragu sepertiku. Tapi setelah menggigitnya, dia tampak benar-benar menikmatinya.

“Sahabatku menyukai hal-hal yang manis, jadi aku khawatir mengenai keseimbangan nutrisinya, jadi beberapa saat akusempat belajar cara membuatnya. Karena asalkan camilan manis, dia akan memakannya.”

Shortbread adalah roti manis tradisional Skotlandia, dan sementara ada sedikit miskomunikasi antar bahasa, jika kau berkata Ca○rieMate, kebanyakan orang mengerti.
[Calorie Mate adalah kue bar penambah energi Jepang yang agak seperti shortbeard.]
Sahabatku memiliki gambaran yang sama, jadi saat aku mencoba mencampur cokelat ke dalamnya sebagai percobaan, dia dengan senang hati memakannya, jadi aku mengumpulkan suplemen bergizi, dan mencampurkannya.


“Bagitu ya. Mizuki, kau menyukai orang itu, kan?”
“Yeah, dia teman sejatiku.”
“Bagitu ya...”

Celeilia membuat ekspresi yang sangat sedih. (Sahabat Mizuki cowok, ada alasan lain mengapa Celeilia begitu)
Aku baru saja akan menanyakan alasannya, tapi di saat berikutnya, senyuman muncul kembali di wajahnya.
Apa aku salah lihat?

 “Tapi Mizuki, cairan manis cokelat itu tidak baik. Itu sudah lama berlalu melewati batas rasionalitas.”

Susu Kopi Kental sedikit aneh bagi rata-rata orang. (terjemahan sebelumnya salah XD)
Tapi pria itu mengambil cairan irasional ini, dan menambahkan sirup madu dan sirup maple di dalamnya sebelum menelannya.
Kupikir tak apa kalau kadang-kadang meminumnya, tapi keseringan itu berbahaya.

“Celeilia, kenapa kau berada di rumah itu?”
“Karena itu tempat kelahiranku.”
“Begitu ya. Itu bagus dan menenangkan, dan udaranya benar-benar bersih.”
“... Itu benar.”

Lagi.
Sejenak, bayang-bayang menutupi wajahnya, dan dia membuat ekspresi gelap, tapi dia dengan paksa menutupinya dengan senyuman.

“Hei, Mizuki. Aku ingin mendengar lebih banyak tentangmu.”
“Benarkah? Yah, aku tidak keberatan, tapi...”

Aku sanggat ingin menyemangatinya. Tapi setiap kali pembicaraan berubah ke arahnya, dia menggantungkan kepalanya.
Aku menyembunyikan pertanyaan yang benar-benar ingin kutanyakan, dan pada ujungnya, aku mulai tidak membicarakan apapun kecuali diriku sendiri.

“Ibuku adalah seorang yang mengajar seni penata bunga, dan ayahku adalah orang yang menjualnya, dan...”

Sebelum aku menyadarinya, aku berbicara tentang hal-hal yang berharga bagiku, teman-temanku, sekolahku, kehidupanku, masalah keseharianku.
Sepertinya rincian yang tidak berarti ini cukup untuknya.
Akhirnya, aku mengurangi hal-hal yang dibicarakan, dan jumlah kata-kata yang keluar dari mulutku menurun.

“Mizuki, sudah kuputuskan.”
“Celeilia?”

Dia memegang kedua tanganku, dan meremasnya.
Dan tidak seperti ekspresi yang dia tunjukkan padaku sebelumnya, orang lembut yang tampak menerima apapun yang diucapkan padanya, dia membuat wajah serius saat dia menatap mataku.
Rasanya aku akan tersedot ke dalam pupil emas itu.
Dan di sana kuperhatikan.
Tangannya mulai gemetar.
Sebelum aku bisa menanyakan alasannya, dia mulai berkata.

“Mizuki, persiapkan hatimu. Mulai dari sini, akan kuceritakan padamu semua yang kutahu, semua hal tentang dunia ini.”
“Ba-baiklah.”

Sekali. Dua kali. Celeilia mengambil napas dalam-dalam beberapa kali, sebelum membuat ekspresi serius. Dia berkata.

“Tidak ada kehidupan di dunia ini.”
“Eh?”
“Lebih spesifiknya, tiga bulan lalu, suatu hari, dimuali dengan manusia, segala bentuk kehidupan lenyap.”
“Kehidupan menghilang...”
“Mizuki, apa kamu tidak menemukan hal yang aneh melihat jalan yang kita lalui sampai kesini?”

Tentu saja itu aneh.
Mulai dari aku menemukan diriku di gunung itu, pada saat aku bertemu Celeilia, aku tidak melihat serangga atau burung satupun.
Itu tidak berubah selama tiga hari yang kuhabiskan bersamanya.
Yang kudengar hanyalah suara angin dan langkah kaki kami sendiri.
Suara dedaunan yang bergesekan satu sama lain, dan suara air yang mengalir masih ada, tapi sama sekali tidak ada yang lain.
Bahkan jika dia tidak memberi tahu, ini bukan hanya pertama kali atau dua kalinya aku menganggapnya aneh.
Tapi... aku sengaja mencegah diriku dari memikirkannya.

“Yeah, kupikir memang begitu.”
“Tiga bulan lalu, pada hari semua kehidupan lenyap di gedung dekat... brigade sihir kerajaan, di rumah penginapan ‘Sekolah Nil’, aku bangun, tapi tidak ada seorangpun di sana.”
“... Dan kau yakin mereka tidak pindah ke suatu tempat?”

Untuk menyangkal kenyataan, aku menanyakan seseuatu yang sudah kuketahui jawabannya.
Meskipun begitu, melalui perilaku dan situasi saat ini, aku tahu dia tidak berbohong.

“Raja, Ksatria, Prajurit, Penyihir Tinggi (Court Magicians), Warga Supil di negara ini tidak mungkin mereka semua pindah begitu saja. Tidak, bahkan jika mereka bisa, tidak akan ada alasan untuk melakukannya.”

Kata Ksatria dan Penyihir merusak pengertian realitasku, tapi kalaupun dia tidak menjelaskan fakta bahwa orang yang luar biasa jumlahnya lenyap, aku akan memahaminya.
Namun, kalaupun itu benar, kenapa Celeilia disini dan baik-baik saja?
Dari perilakunya, aku merasakan kalau dia bahkan tidak tahu.
Dan... orang yang mengalami rasa sakit yang paling parah melalui pembicaraan ini adalah Celeilia...

 “Pada awalnya, kupikir aku baru saja tidur, Penginapan yang ramai benar-benar kosong... tapi aku segera menyadari sesuatu yang aneh. Maksudku, para prajurit yang memulai latihan setiap pagi juga tidak ada di sana, dan tidak ada seorangpun di kota kastil.”

Mari kita coba bayangkan.
Suatu hari saat aku bagun dari kasurku, Ibu dan Ayah tidak ada.
Setelah pergi ke luar, aku tetap tidak bisa menemukan orang lain, dan ketika aku sampai di sekolah, sahabatku tidak ada.
Bahkan ketika aku pergi ke stasiun, tidak ada bayangan seseorang... apa yang akan terjadi padaku?
Aku akan takut. Cukup takut.
Aku pernah mendengar cerita seperti miliknya muncul di Manga sebuah novel, tapi tetap saja, itu menakutkan.
Semua orang yang berharga baginya tiba-tiba bangkit dan menghilang suatu hari, pikiran sederhana yang membuat tubuhku bergetar.

“Aku takut... aku mencari di mana-mana. Aku takut mereka mungkin membenciku, tapi aku tetap secara ilegal masuk ke rumah orang lain. Setelah satu minggu, meskipun aku tahu itu salah, aku mulai memperlakukan semua yang ada di kastil seperti milikku sendiri...”

Aku tidak tahu situasinya, tapi menurutku itu tidak bisa disalahkan.
Bahkan jika dirimu sendirian, kau harus melanjutkan hidup.
Kau masih harus makan, dan kau jharus mencari tempat untuk tidur. Jadi kalaupun aku menemukan diriku berada di situasi yang sama, tidak aneh bagiku kalau aku mencuri dari supermarket dan toserba.

“Kemudian, aku mencari. Desa terdekat, kampung halaman, dan bahkan negara tetangga. Tapi di negara itu, atau di sebelahnya, atau bahkan di sebelahnya lagi, tidak ada siapa-siapa...”
“…”
“Pada akhirnya, aku lelah. Kuputuskan untuk pulang ke rumahku, dan hidup dengan tenang.”

Tentu saja Celeilia akhirnya menyerah.
Tidak ada lagi orang di dunia ini selain dia, dan dari sinilah, kenyataan itu tidak akan berubah.
Ada persediaan lebih dari cukup jika dia ingin hidup sendiri.
Jika dia tidak akan mati dengan bunuh diri, kalaupun itu menakutkan, dia tidak punya pilihan selain hidup.

“Dan saat aku sudah terbiasa dengan kehidupan baruku... Mizuki, kamu muncul.”
“Aku?”
“Ya. Aku berterima kasih pada tuhan. Terima kasih telah membiarkan Mizuki terlahir, terima kasih telah membiarkannya hidup... berkali-kali, yang tak terhitung jumlahnya, aku mengucapkan rasa terima kasihku.”

Jadi karena itulah dia meneteskan air mata begitu bahagia saat itu.
Jika aku dalam keadaan yang sama, aku akan memeluknya dan menangis.... Maksudku, apa yang sudah dia pasrahkan* tiba-tiba muncul di hadapannya. (Nggak nemu yang pas XD. Intinya udah nyerah nyari orang, eh ternyata ada orang muncul)

“Jadi aku selalu ingin dekat dengan Mizuki. Jika Mizuki akan melakukan perjalanan, aku berencana mengikutinya sampai ke ujung bumi.”

Waktu lampau?* Apa itu berarti bahwa sekarang berbeda? [Past tense]

“Tapi kemudian, aku menyadari. Kalau Mizuki bukan orang dunia ini, kalau dia tidak tahu bahwa tidak ada orang lain di sini... kalau dia hanya mengembara ke sini karena kebetulan.”
“... Yah. Tiba-tiba aku menemukan diriku di tempat yang berbeda dari tempatku berada sebelumnya, aku turun dari gunung, dan aku bertemu denganmu, Celeilia.”
“Aku bersyukur Mizuki adalah orang baik. Aku bingung pada saat itu. Tidak peduli orang macam apa dirimu, bahkan jika kamu adalah individu yang kejam, aku akan mengikutimu.”

Mungkin... itu tidak aneh.
Tidak ada kehidupan di dunia ini selain dia, bahkan jika dia tidak menghargaiku sebagai manusia, tapi sebagai wujud kehidupan itu sendiri, aku tidak akan merasa buruk dengan hal itu.
Bahkan jika aku benar-benar penjahat, dia tidak akan menolakku.
Maksudku, dia telah memenuhi mimpinya. Mimpi mencari beberapa kehidupan di luar sana selain dirinya sendiri

“Ketika aku membawamu ke sini, aku hanya bermaksud bercakap-cakap denganmu. Aku tidak pernah bermaksud memberitahumu tentang ini.”
“Kenapa?”
“Kupikir jika Mizuki tahu, dia tidak mau tetap tinggal di sampingku.”
“... Coba dengar. Tidak, kupikir aku akan tetap bersamamu.”

Mungkin bagus bagi Celeilia karena menemukanku, tapi itu juga sama denganku.
Jika aku sendirian, aku pasti gemetar di pojokkan, sendirian, di dunia yang asing ini.

“Mizuki, kukatakan sekali lagi. Persiapkan hatimu.”
“…”

Dengan suara gemetar, Celeilia menyatakannya.
Kata-katanya cukup dingin untuk menginjak-injak semua yang ku ketahui di duniaku.
Tidak, kenyataannya lebih... aku menyadarinya sudah lama, dulu.
Jika aku berpura-pura tidak tahu, jika aku terus membodohinya, dan membohongi hatiku...
Itu harus datang padaku dalam kata-kata. Aku harus memiliki seseorang selain diriku untuk mengatakannya, atau aku akan terus melarikan diri dari kenyataan seumur hidupku. Itu adalah kebenaran yang dingin dan menyedihkan.

“Pada tingkat ini, Mizuki, kamu tidak akan bisa kembali ke duniamu. Kamu takkan pernah melihat orang-orang yang berharga bagimu lagi.”

Rasanya seolah tanah runtuh di bawahku.
Darah di tubuhku langsung berubah dingin.
Seharusnya itu sesuatu yang jelas, tapi itu adalah kebenaran yang telah kuhindari dari mataku.
Saat aku tersadar kembali, aku menyadari kalau kata-kata Celeilia tidak lagi masuk ke telingaku... hanya kata-kata Kamu takkan pernah melihat orang-orang yang berharga bagimu lagiterus bergema di kepalaku.


Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar