Bab 5: Aku Sudah Terbiasa Dengan Pekerjaanku
Sudah tiga bulan sejak
aku dipekerjaan oleh Keluarga Windhill dan aku sudah terbiasa dengan kehidupan
di sini.
Aku terus terjaga
sebelum fajar dan menempa tubuhku setiap hari. Karena hari kerja di rumah
tangga ini dimulai lebih awal dan semua pekerja bangun bersama dengan matahari
untuk memulai tugas mereka, aku harus bangun sebelum mereka untuk membuat waktu
untuk diriku sendiri.
Aku berlari mengelilingi
halaman yang sangat luas dan melatih otot-ototku dengan banyak push up dan sit
up.
Setelah matahari terbit,
tugasku sebagi pelayan dimulai tapi aku hampir tidak melakukan apapun.
Satu-satunya hal yang mantan pelayan, Will, katakan padaku, selain dari tugas
rutin, adalah bagaimana berinteraksi dengan keluarga lain.
Selain itu, ada juga tugas untuk memeriksa permintaan untuk hadir dan memutuskan siapa yang harus diterima dan siapa yang harus ditolak. Tampaknya memahami hubungan dengan keluarga lain, memeriksa siapa yang akan berpartisipasi, datang dengan sebuah keputusan dan memahami keadaan mereka juga merupakan pekerjaan yang merepotkan.
Namun, pada saat itu tugas semacam itu belum datang. (datang pada Ryou)
Vincent-sama still being a child was not the reason. Vincent-sama yang masih kecil bukanlah alasannya.
Ketika itu datang dari keluarga aristokrat, aku mendengar kalau mereka sering memaksa beberapa anak mereka ke acara sosial. Pertama-tama, usia terakhir bagi seseorang untuk mengadakan upacara kedewasaan, di dunia ini, berusia enam belas tahun dan aku juga mendengar tentang orang-orang yang mencapai usia dewasa dengan cukup cepat pada usia dua belas tahun.
Itu mirip dengan upacara kedewasaan pria yang mendapatkan eselon lebih tinggi di dunia lain di masa lalu.
[Maksudnya dunia lain di sini mengacu pada Jepang. Upacara yang dimaksud adalah upacara perayaan di Jepang guna merayakan orang yang sudah atau segera berumur 20 tahun, yang merupakan usia dewasa di mana boleh meminum minuman keras, merokok dll. Eselon? Formasi dalam struktur organisasi; jenjang kepangkatan (KBBI).]
Vincent-sama baru berusia sepuluh tahun dan usia dewasa masih terlalu jauh, bagaimanapun, tempaknya, pada usia dua belas tahun dia akan bersekolah. Dengan pemikiran itu, akan lebih baik untuk mulai bersosialisasi dengan orang-orang dari generasi yang sama pada keluarga lain sekarang.
Namun... tidak ada satu undangan pun.
Meskipun seharusnya ada banyak keluarga yang menginginkan interaksi dengan Keluarga Marquess Windhill.
Kenapa seperti itu? Tidak ada orang yang mau memberiku jawaban yang tepat. Berpikir kalau pasti ada alasannya kenapa mereka menolak memberitahuku, aku menyerah saat mencari tahu, karena seharusnya aku bisa mengetahuinya cepat atau lambat.
Alih-alih mengkhawatirkan hal itu, aku akan menghargai waktu yang kubuat untuk diriku sendiri sepenuhnya. Lebih tepatnya, aku sedang berlatih membaca.
Tampaknya huruf di dunia ini berbeda dari bahasa Jepang. Setelah menulis namaku, aku bisa melihatnya yang tak lain hanyalah coretan. Tulisan itu disebut huruf.
Saat aku menyadari masalah itu, masa depanku menjadi suram. Aku menduga kalau tidak bisa menulis akan menjadi kekurangan yang fatal bagi seorang pelayan.
Tapi untungnya, entah bagaiman, aku bisa membaca. Mataku akan mengenali apa yang tertulis di hadapanku dalam bahasa Jepang. Namun, aku tetap tidak bisa menulis dan itu adalah masalah besar. Menulis atas nama seseorang termasuk tugas yang sering dilakukan pelayan dan tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu akan menggagalkanku atas peran tersebut.
Aku harus belajar bagaimana menulis huruf-huruf itu dengan segala cara.
Meskipun hurufnya adalah huruf bahasa Jepang tak peduli bagaimana aku melihatnya, kenyataannya, huruf-huruf ini seharusnya memiliki bentuk yang berbeda. Kupikir hal semacam itu tidak mungkin tapi alasan yang membuatnya terjadi karena keadaanku yang aneh.
(Ganti kesadaran. )
Ketika aku mengambil kendali tubuh, huruf yang ditulis tidak dalam bahasanya tapi dalam huruf dunia ini. Tapi karena aku tidak bisa membaca atau menulis, aku tidak tau apa maksudnya. Aku hanya bisa mengenali bentuknya.
Tapi itu sudah cukup. Aku yang lain bisa mengerti apa yang tertulis. Aku akan melihat bentuk huruf dan menulisnya. Dia bisa memahami makna dibalik kata-kata itu dan kemudian setelah belajar arti dari apa yang tertulis, aku akan ingat bagaimana membaca huruf-hurufnya.
Aku memuji diriku yang lain yang hanya berpikir “Berani-beraninya kau” sebagai balasannya.
(Kembali ke Ryou)
Sesi belajarnya mulai menunjukkan hasil. Huruf-huruf di halaman buku yang kugunakan untuk latihan sekarang campur aduk antara Nihongo dan huruf dunia ini. Kata-kata yang diganti adalah kata-kata yang sudah biasa kupakai.
Meski menulis teks awalnya cukup sulit, aku sudah terbiasa melakukannya saat itu.
Karena aku melakukan ini setiap hari, aku juga terbiasa dengan pena bulu ayam. Bahkan meskipun tulisan tanganku masih buruk, kupikir itu perlahan berubah lebih rapi.
(Ganti kesadaran.)
Jalan untuk menjadi calon pelayan.
Meskipun tujuannya masih sangat jauh, aku merasa bahwa aku perlahan membuat kemajuan.
Aku bertanya-tanya mengapa aku berusaha keras untuk rajin dalam bekerja? Tapi untuk mengatakan yang sebenarnya, aku tahu jawabannya. Aku hanya tidak bisa meninggalkan dua saudara egois itu.
Meskipun keduanya menyebabkan banyak masalah, selain mereka aku tidak memiliki orang yang bisa kupercaya di dunia ini.
Orang sepertiku diperlakukan normal oleh mereka. Aku, yang dihujani dengan penghinaan oleh sekelilingku dan telah menerima pelecehan, telah dilindungi di bawah sayap perlindungan mereka.
Aku, yang tak lain orang yang tidak normal dan itu tidak hanya mengacu pada sepasang mata heterochromatic. Aku jauh lebih tidak normal dari itu.
Tubuhku memiliki dua kepribadian yang tinggal di dalamnya dan aku mulai merasakan gesekan antara mereka. Sedikit demi sedikit jarak yang memisahkan dua kepribadian itu menyusut dan mereka perlahan-lahan bergabung menjadi satu. Aku akan menjadi aku sepanjang waktu dan orang lain itu akan menjadi aku juga. Kami akan menjadi satu dan sama.
Aku merasa seperti aku mulai menjadi lebih seperti orang dewasa dan pada gilirannya, dia merasa lebih seperti anak kecil.
Orang yang menyimpulkan kalau penggabungan itu dimulai adalah aku yang lain. Aku baik-baik saja dengan itu. Tapi biarpun kedua kepribadianku menyatu menjadi satu, aku masih akan jauh dari manusia normal.
Kami berdua mengerti itu.
Aku yang lain sepertinya memiliki tekad yang kuat dalam hal ini. Dia datang dari dunia lain jadi, tentu saja, dia mengerti kalau dia jauh dari normal, huh?
Namun, aku berbeda. Aku seorang yatim piatu dari daerah kumuh, keberadaan lemah yang bisa mati kapan saja.
Jadi bagaimana denganku, orang yang merasa aneh bahkan dilingkungan itu, berakhir dengan seperti ini? Aku yang lain juga tidak tahu.
Apakah akau akan menjadi seseorang yang kuat? Pada saat itu, apakah aku akan bisa tetap normal? Jika aku menjadi orang yang memiliki kekuatan, maka aku ingin menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan keduanya.
Aku yang lain cukup bisa dopercaya. Mengatakan bahwa tubuh ini milikku, dia selalu menyerahkan kendali pada diriku. Setelah memikirkan tindakannya yang terakhir, aku mengerti kalau walaupun aku seharusnya sudah mati, dia tetap dengan tulus menyerahkan kendali tubuh atas apa yang tampak seperti kesadaranku. Ini pertama kalinya aku bertemu manusia seperti itu.
Namun, cara kami bertemu memang aneh, karena dia adalah bagian dari diriku sendiri. Aku juga diriku yang lain. Bagaimanapun, aku yang lain bisa dipercaya. Aku membutuhkan kesungguhannya untuk menekan kebencian yang tersisa di hatiku.
Sehingga aku bisa
menjaga kebahagiaan yang ku tahan saat itu.
◇◇◇
Saat ini pukul 4.
Vincent-sama harus bangun pukul 8 pagi.
Awalnya membangunkannya
adalah tugas pelayan (maid) tapi karena itu sangat sulit dan mereka tidak ingin
mengatasinya lagi, tugas itu diserahkan padaku sebelum aku tahu.
Biasanya, pelayan (maid)
pribadi akan menunggu di depan ruangan untuk menungguku tapi...
「Mengapa tidak ada kopi!?」
「Erm... Tuan...」
「Kenapa kau bahkan membangunkanku tanpa membuat
kopi yang akan melawan rasa katukku!?」
Aku bisa mendengar
teriakkan dari dalam ruangan. Ternyata pelayan itu berusaha membangunkannya
sendiri. Meskipun itu tidak masalah bagiku, jika mereka mencoba melakukannya,
aku ingin mereka melakukannya dengan benar.
Sambil mendesah pelan,
aku berbalik dan berlari ke arah di mana aku datang. Mengetahui kenapa dia
punya masa-masa sulit seperti itu membuatku mereasa bersalah tentang pelayan
itu tapi, untuk sesaat, aku putuskan untuk menanggungnya. Lagi pula, karena
dia, aku harus memikirkan metode untuk menenangkan anak itu.
Saa aku kembali, Vincent
menjadi lebih tenang.
Namun, keluhannya tidak
berhenti. Tidakkah seharusnya dia menyalurkan kebiasaan itu untuk hal yang
lebih produktif? Dengan pemikiran semacam itu di pikiranku, aku memasuki
ruangan.
Sembari lewat di samping
kasur, aku membuka tirai dan membiarkan sinar matahari masuk melalui jendela.
Karena ini ruangan pewaris, ruangannya menghadap matahari.
Ketika aku menolehkan kepalaku,
seperti yang kuduga, aku melihat Vincent melotot padaku dari tempat tidur.
Aku membungkuk dengan
sopan.
「Selamat pagi, Vincent-sama」
「Yah, selamat pagi.」
「Hari ini, saya sudah menyiapkan jus apel untuk
sarapan.」
「...Apa?」
Mendengar kata-kataku,
dahinya berkerut yang menunjukkan dia akan kesulitan tentang hal itu. Meskipun
aku dipelototi, kupikir aku tidak boleh goyah.
「Saya sudah menyiapkan jus apel untuk sarapan,
tuan.」
「Kenapa bukan kopi? Butuh banyak kopi untuk
membangunkanku, paham!」
「Ya, tuan. Saya memang diinstruksikan tentang hal
itu.」
「Lalu, kenapa tidak melakukan apa yang
diperintahkan? Apa kau bukan pelayan pribadiku?」
「Sebenarnya, saat membaca buku kemarin, saya
menemukan sesuatu.」
「Apa?」
「Tampaknya meminum kopi setelah bangun tidak
terlalu sehat.」
「...Seolah aku peduli dengan hal-hal seperti itu.
Kopi itu benda yang berguna bagiku.」
Meski begitu, itu tidak
seperti dia sangat menyukai kopi. Dia hanya meniru ayahnya.
「Tapi tuan...」
「Sekarang apa?」
「Saya membaca itu dari buku anekdot Raja
Takemitsu.」
Bagi Vincent,
satu-satunya sosok yang melebihi ayahnya adalah raja generasi ketiga Kerajaan
Gran Flamm, Raja Takemitsmu. Dia seorang penguasa yang menggunakan kekuatan
militer negara itu untuk memperluas perbatasan dan orang tersebut mengatakan
telah menetapkan dasar dari keadaan saat ini.
「...Apa?」
「King Takemitsu adalah seorang pria yang
memperhatikan kesehatannya sendiri.」
「Aku tahu itu. King Takemitsu ceroboh di medan
perang tapi selama masa damai, beliau berkelakuan hampir seperti seorang
pengecut, menghargai kesehatannya. Beliau hidup dengan cara ini sehingga bisa
menampilkan kekuatan penuhnya dalam pertempuran karena beliau berpikir nilai
sejatinya hanya bisa ditunjukkan di medan perang.」
「Takemitsu-ousama telah mengatakan kalau kopi
tidak terlalu sehat.」
「...Dan apel jusnya?」
「Buah-buahan bagus bagi tubuh. Kelihatannya rasa
manis dari buah bisa meningkatkan kemampuan berpikir seseorang.」
Ini bukan kata-kata Raja
Takemitsu tapi karena kita sudah sampai sejauh ini, itu tidak masalah.
「Begitukah? Kalau begitu, jus tidak masalah.」
「Dimerngerti tuan. Saya akan meninggalkannya di
atas meja jadi mohon bantu diri anda sendiri.」
「Baik.」
Vincent bangkit dari
tempat tidurnya dan duduk di depan meja. Dia sudah berhenti memperhatikan
pelayan itu.
Dengan ini, aku
seharusnya menyelesaikan tugasku dengan baik.
Meskipun menggunakan topik
yang telah kusiapkan agar membuatnya bangun dari tempat tidurnya untuk
menenangkan suasana hatinya rasanya sangat sia-sia. Sulit untuk menyiapkan
hal-hal semacam itu untuk membangkitkan minat Vincent setiap hari.
Namun, aku sadar bahwa
meski situasi dengan pelayan yang membangunkannya tidak terjadi, dia pasti akan
mengamuk.
Dia melakukannya dengan
tujuan membuat orang, yang memiliki pemikiran negatif padaku yang tinggal di
mansion, menyadari nilaiku.
Demi mengembalikan niat
baik itu, menyiapkan percakapan selama setiap pagi bukanlah apa-apa.
「Kalau begitu tuan, saya akan menjelaskan jadwal
untuk hari ini.」
「Fumu~」
Membantunya saat dia
berpakaian adalah tugas pelayan (maid).
Samapai itu selesai, aku
pergi untuk menyiapkan kelas pagi di ruang yang berdekatan dengan menempatkan
buku teks, alat tulis, dan lembaran kertas di atas meja.
PR kemarin kosong
seperti biasa. Aku mengambil pena dengan tanganku dan membuka buku-buku di
topik yang berada dalam lingkup pemahamanku.
Kira-kira saat aku sudah
selesai, persiapan Vincent juga selesai dan dia memasuki ruangan.
「Apa kau sudah selesai?」
「...Saya berpikir untuk menunggu sampai persiapan
anda selesai.」
「Alasan kenapa aku tidak mengerjakan PR-ku supaya
kau bisa belajar. Aku bisa mengerjakan hal semacam itu saat aku ingin, dan
faktanya, aku bisa melakukannya sebelum guru datang. 」
Sambil mengatakan itu,
dia duduk dan merai pena dan meskipun dia berpura-pura berpikir, dia hanya
menyalin jawabanku.
Dengan melakukan ini,
membuat argumen sebelumnya kehilangan kekuatan persuasifnya. Menggunakanku
sebagai alasan berarti dia tidak bisa memikirkan cara persuasi lain. “Jadi kau
bisa belajar sebagian” mungkin digunakan sehingga aku tidak akan memikirkannya
berlebihan.
Saat kami sudah selesai,
seakan dia telah memperkirakan hal ini, Moore-sensei sampai di ruangan ini.
Itulah awal sesi belajar
pagi.
Mendatangi kami, sensei
memeriksa jawaban kami saat dia menjelaskan tugas PR kemarin satu per satu. Itu
hanya mengulang kembali dan setelah kami menyelesaikannya, kami beralih ke
pelajaran hari ini.
Aku tidak punya selembar
kertas pun yang tersisa, jadi tnetu saja aku tidak punya pilihan lain selain
fokus sehingga kata-kata sensei tidak melewatiku di sudut ruangan.
Moore-sensei hanya
mengajukan sebuah pertanyaan padaku sekali. Setelah itu, dia sepenuhnya
mengabaikan keberadaanku. Aku mengerti alasannya dari tatapannya yang penuh
dengan penghinaan.
Tidak ada salahnya kalau
dia menganggap belajar tidak diperlukan bagi seoarang pelayan yatim. Ketika dia
menyadari bahwa aku sedang mendengarkan dengan seksama, dia merendahkan
suaranya dengan jelas. Dibenci sejauh itu mungkin bukan karena menjadi anak
yatim tapi juga karena sepasang mataku.
Bahkan di mansion ini,
sikap lingkungan padaku tidak berubah. Baik di daerah kumuh dan di siniaku
mejadi subjek kebencian.
Kecuali dua anak itu.
◇◇◇
Setelah kelas pagi
datang makan siang.
Karena Vincent sedang
makan siang dengan keluarganya, bantuannya diserahkan pada para pelayan.
Sementara itu, aku juga harus makan.
Sesudah mengambil
makananku dari dapur, aku kembali ke ruanganku.
Meskipun ada tempat bagi
para pelayan untuk makan, aku lebih menyukai makan sendiri bukan karena aku
akan terganggu tatapan sekitar. Itu tak apa bagiku karena aku juga harus
meninjau ulang pelajaran pagi tadi. Aku tidak tahu apa yang orang-orang akan
katakan jika mereka melihatku sedang belajar.
Sambil menggigit rotiku,
aku mulai menulis hal-hal yang dibahas selama kelas pagi di atas lembaran
kertasku. Bahkan jika pelajaran itu berlalu atau terlupa, jika aku bertanya
pada aku yang lain sebagian besar pertanyaanku akan dijawab.
Meski aku tidak tahu kenapa,
untuk beberapa alasan, aku punya memori yang bagus.
Aku bisa belajar
terutama karena kerja samanya.
Aku pernah bertanya
kepadanya kenapa dia membantuku sejauh ini. Anehnya, aku puas dengan
jawabannya.
“Tidak ada manusia yang
sempurna. Agar manusia berdiri di atas orang lain, dia harus mencari seseorang
yang akan memenuhi kekurangannya”, itu yang dia katakan.
Dengan kata lain, karena
dia payah dalam belajar, aku harus menumpuk pengetahuan sebagai gantinya.
Kupikir perasaannya
benar. Sayangnya, dia memiliki kekurangan yang terlalu banyak.
Pada saat itu akulah
satu-satunya orang yang menebus kekurangan itu. Sampai jumlah orang yang bisa
membantu meningkat, aku harus memberikan semuanya.
Sore ini akan menjadi
kelas etiket Vincent dan Ariel. Oleh karena itu tidak perlu bagiku untuk ikut
serta sebagai pasangan dansa.
Aku akan menghabiskan
waktu bebas latihan seperti biasa di tempat biasa. Aku mengambil mangkuk kosong
di dapur dan mencucinya, lalu aku pergi ke halaman.
◇◇
Ada air mancur yang
terletak di halaman. Aku memutarinya untuk mencapai sisi yang berlawanan.
Tidak ada alasan untuk
pergi ke sisi ini selain mengambil air. Itu tersembunyi oleh bayangan air
mancur dan jarang berada di bidang pandang orang lain. Paling tidak, aku tidak
ingin terlihat sejak aku datang ke mansion.
Tapi meskipun begitu,
hanya untuk memastikan aku berkonsentrasi pada telingaku untuk mencari
kehadiran orang. Meskipun ada kemungkinan seseorang sedang bersembunyi
sepertiku, paling tidak tidak ada tanda-tanda orang di sekitar.
Sementara aku masih
berusaha memastikan kalau aku sendirian, aku memusatkan sensasi di dalam
diriku. Dengan menenangkan diri aku menempatkan perhatianku pada penglihatanku dengan
penekanan khusus pada mata kananku. Sambil terus begitu, tak lama kemudian, aku
bisa melihat sesuatu yang mengambang di sekitar air mancur.
Itu tidak memiliki warna
maupun bentuk namun aku masih bisa merasakan kehadiran itu.
Sepertinya itu juga
menyadari kalau aku sedang melihat ke arahnya. Hal-hal itu juga memiliki
kesadaran dan mereka berkumpul dan melayang ke arahku.
Agar tidak
menakut-nakuti mereka, aku perlahan memajukan tangan kananku. Benda tak
berbentuk itu berkumpul di atasnya dan mulai dengan perlahan menarik dan
menyerap sesuatu dari tubuhku.
Aku bisa merasakan
eksistensi mereka berangsur-angsur semakin kuat. Setelah mengumpulkan mereka
aku menyampaikan keinginanku.
Aku ingin mereka menjadi
bola bulat, mereka menurutinya. Aku ingin mereka mengambil bentuk pisau, mereka
berubah sesuai dengan itu.
Ini adalah sihir yang
kupelajari. Ini sangat berbeda dari sihir yang diajarkan Vincent. Namun
intuisiku mengatakan, atau lebih tepatnya, itu bukan intuisiku melainkan ada
yang mengatakan padaku...
...Kalau ini adalah
sihir yang sebenarnya.
Melihat kehadiran
benda-benda itu hanya kebetulan. Karena aku kecanduan mandi, aku menyelinap ke
sana setelah gelap untuk mencegah orang-orang melihatnya.
Ketika aku menyiramkan air
ke kepalaku mata kiriku terhalang dan aku harus menggunakan mata kananku hanya
untuk melihat sekitar air mancul. Aku melihat benda-benda ini melayang tapi,
awalnya, kupikir itu hanya imajinasiku karena setelah melihat mereka dengan
kedua mataku, mereka menghilang.
Namun, meski aku tidak
bisa melihat mereka lagi, aku tetap bisa merasakan kehadiran mereka. Memikirkan
kalau mungkin aku hanya bisa melihat mereka dengan mata kananku, aku mencoba
melakukannya lagi dan mereka dapat terlihat. Aku mecoba melihat dengan mata
kiriku dan mereka menghilang lagi.
Dengan memiliki
kesadaran, mereka juga perlu makan.
Makanan mereka dengan
jelas adalah mana yang berada di dalam tubuh manusia. Tidak perlu aktivasi mana
atau peredarannya, jika aku membiarkan mereka, mereka akan menyerap mana secara
langsung di dalam tubuhku dan menjadi milikku.
Mendengarkan perintahku
adalah cara mereka menunjukkan rasa terima kasih.
Itulah prinsip di balik
sihir.
Engetahui itu,
pertanyaan mulai bermunculan. Kenapa pengajar Vincent mengajarinya kebohongan?
Namun, aku tidak bisa menanyakannya. Lagi pula, aku yang bisa menggunaka sihir
akan menjadi keanehan yang lain.
Aku masih tidak memiliki
keberanian untuk memberitahu orang lain mengenai hal itu. Meskipun
merahasiakannya cukup sulit, untungnya, ada seseorang yang bisa memberiku saran
dan mendukung dalam situasi seperti ini.
Mengetahui bahwa
anggapan umum yang tidak bisa dipungkiri itu salah harus dirahasiakan selama
mungkin. Membiarkan orang lain tahu sebaiknya tidak terjadi sebelum aku
memperoleh kekuatan yang cukup untuk menghadapi konsekuensinya.
Setelah memutuskan
begitu, aku merasa perlu untuk mengasah kemampuan ini.
Pada saat itum bahkan
tanpa menutup mataku yang lain, aku bisa merasakan kehadiran spirit air hanya
dengan memfokuskan kesadaranku. Bahkan di tempat-tempat berair selain di lokasi
air mancur, aku bisa merasakan respon yang kuar dari mereka.
Jika aku mulai bisa
melihat mereka tanpa usaha, sihir ini seharusnya sangat berguna.
Aku mulai berpikir aku
perlu menciptakan lebih banyak waktu untuk diriku sendiri jadi aku bisa
mengusahakan mata kiriku.
Sebelumnya - Daftar Isi -Selanjutnya
ditunggu kelanjutannya min!!!!
BalasHapus